Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Mementingkan Orang Lain

Gambar
DI antara karakter utama orang beriman adalah lebih mementingkan orang lain atau saudaranya dalam hal positif. Tidak hanya menganjurkan dan mendorong untuk itu, Nabi dan para sahabat juga mempraktikkannya secara nyata. Mereka begitu senang ketika telah membuat saudaranya senang, dan mereka bersedih ketika tidak bisa memberikan hal terbaik kepada saudaranya. Bahkan, mereka rela menderita asalkan saudaranya sesama orang beriman tidak menderita. Dalam Alquran, misalnya, Allah menggambarkan karakter orang Anshar, “Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-H...

Salam yang Menyelamatkan

Gambar
SALAH satu akhlak mulia orang beriman dalam hubungan sosial dengan orang lain adalah menebarkan salam. Baik itu secara ucapan untuk menyapa dan mendoakan orang lain yang berpapasan atau ditemui, maupun secara perbuatan dengan menebarkan makna salam berupa kedamaian dan keselamatan dalam kehidupan. Dalam kitab al-Muwatha’ karya Imam Malik dikisahkan, ath-Thufail bin Ubay bin Ka’ab pernah mendatangi Abdullah bin Umar, lalu ia pergi bersamanya ke pasar. Setiap kali keduanya pergi ke pasar, Abdullah bin Umar selalu mengucapkan salam kepada siapa pun yang ditemui, baik itu pedagang maupun orang miskin. Di hari lain, ath-Thufail kembali datang ke tempat Abdullah bin Umar, lalu ia meminta supaya ath-Thufail menemaninya ke pasar. Ath-Thufail berkata, “Apa yang akan Anda kerjakan di pasar sebenarnya? Anda tidak menjual sesuatu, tidak pula menanyakan harga sesuatu barang untuk dibeli, tidak pula berpencaharian mencari rezeki di pasar itu, juga tidak pernah duduk-duduk di pasar. Dudu...

Kembali kepada Allah

Gambar
KEHIDUPAN dunia sejatinya adalah perjalanan manusia menuju atau kembali kepada Allah, asalnya. Namun, manusia sering kali lupa diri dan tujuannya, karena tergoda nikmatnya kehidupan dan gemerlapnya dunia. Oleh karena itu, Allah mengingatkan dalam Alquran, “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya.” (QS az-Zumar [39]: 54) Manusia tidak tahu ia akan dilahirkan di mana, atau siapa yang melahirkannya. Namun, ada fitrah dalam dirinya yang telah ditetapkan Allah. Bahwa ia hidup untuk tujuan tertentu, dan oleh karena itu ia akan melewati sebuah jalan ke arah itu. Ada kesadaran dalam dirinya tentang Allah, Sang Penciptanya. Namun, kehidupan dunia sering kali membuatnya lupa segalanya. Ia lupa dari mana berasal dan akan ke mana ia berjalan. Allah dan Rasulullah mengingatkan dan menegaskan, manusia pada hakikatnya tengah berjalan menuju Allah. Dunia, kata Rasulullah, hanya sekadar tempat berteduh, persinggahan sementara, sebelum lanjut ke tujuan akhir: Alla...