Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Berani Jujur

Gambar
KEJUJURAN untuk mengatakan yang benar pada saat ini tampaknya sudah menjadi barang langka atau sulit sekali ditemukan, terutama di sebagian pemangku jabatan publik dan aparat penegak hukum. Kejujuran terlihat hanya mudah dikatakan di mulut, tetapi sulit dalam praktiknya. Dengan berbagai dalih, kejujuran diabaikan bahkan disingkirkan laksana sampah tak berharga. Padahal, seperti dikatakan Abu Dzar, “Kekasihku (Rasulullah), memerintahkan tujuh hal kepadaku, di antaranya: beliau memerintahkanku untuk mengatakan yang benar walaupun itu pahit.” (HR Ahmad)  Manusia sulit untuk bersikap jujur secara praktik setidaknya karena dua hal. Pertama, tabiatnya memang sering tidak jujur. Kedua, ada kepentingan tertentu yang harus dibela atau diselamatkan, meski itu harus merugikan orang lain dan menyimpang dari kebenaran dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.  Tentang tabiat tidak jujur, Rasulullah pernah mengatakan, “Seseorang membiasakan diri untuk jujur, hingga ia ditetapkan di sisi A...

Budaya Amal Saleh

Gambar
PEPATAH mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Begitu pula dalam hal amal saleh. Amal sedikit tetapi dilakukan secara konsisten, itu lebih baik daripada amal banyak, tetapi kemudian berhenti. Idealnya tentu saja secara kuantitas banyak, secara kualitas juga baik. Nabi bersabda, “Jangan membiasakan ibadah, lalu meninggalkannya.” (HR ad-Dailami)  Ibadah di sini tidak sekadar ibadah yang sifatnya  mahdah , seperti shalat, puasa, zikir, membaca al-Quran, tapi juga yang sifatnya  ghair mahdah , misalnya berbuat baik terhadap sesama, menolong dan membantu orang, dan seterusnya. Seperti dikatakan pada hadis di atas, kita jangan sampai melakukan satu ibadah atau amal beberapa hari saja, lalu tidak lagi melakukannya. Sesuatu yang baik terkadang bisa jadi buruk ketika kita berhenti melakukannya, misalnya berhenti beramal saleh setelah sebelumnya melakukan.  Diriwayatkan, pada suatu ketika Alqamah pernah bertanya pada Ummul Mukminin Aisyah, istri Rasulull...

Cinta kepada Nabi SAW

Gambar
KITA kembali dipertemukan dengan bulan Rabiul Awal. Bulan Nabi Muhammad dilahirkan. Juga bulan beliau berhijrah dari Mekah ke Madinah. Ada sejumlah pendapat tentang tanggal lahir beliau. Namun, mayoritas ulama dan ahli tarikh berpendapat bahwa tanggal kelahiran beliau adalah 12 Rabiul Awal. Tanggal ini pula yang kemudian hingga sekarang diperingati sebagai tanggal kelahiran beliau (Maulid Nabi). Lebih dari sekadar memperingati hari kelahiran sang manusia agung ini setiap tahun sebagai rutinitas, lebih penting lagi adalah mengingatkan diri kita masing-masing dan mengintrospeksi atau bermuhasabah, apakah selama ini segala ucapan dan tindakan kita sudah selaras dengan teladan Nabi. Apakah akhlak kita telah meniru akhlak beliau yang luhur, seperti ditegaskan Allah dalam Alquran, “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS al-Qalam [68]: 4) Jangan-jangan apa yang kita ucapkan dan lakukan selama ini jauh sekali dari tuntunan dan akhlak beliau. Jangan-...

Ujian Peningkat Derajat

Gambar
BAGI orang beriman, hidup sejatinya adalah panggung ujian. Ujian itu tak mesti melulu berbentuk sesuatu yang buruk. Ujian bisa juga sesuatu yang baik. Allah berfirman, “Setiap jiwa pasti akan mati. Dan, Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali.” (QS al-Anbiya’ [21]: 35) Ketika manusia lahir ke dunia, bahkan ketika masih di dalam kandungan, ia sudah mengalami banyak ujian. Ia diuji, misalnya, dengan ibu yang mengandungnya. Apakah sang ibu dengan tulus menjaganya, memberinya asupan yang baik agar tumbuh sehat, hingga waktu melahirkan tiba; atau sebaliknya, tak peduli, bahkan dengan tega menggugurkannya karena tak menginginkannya.   Setelah lahir, manusia makin bertambah ujiannya. Apakah orang tua akan merawatnya atau menelantarkannya, mendidiknya dengan baik atau menyia-nyiakannya, mensyukurinya atau malah menyesal telah melahirkannya. Semakin dewasa, ujian makin bertambah ketika berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain. Tern...

Takwa Menuju Surga

Gambar
DI hadapan Allah, semua manusia sama, yakni makhluk ciptaan-Nya. Namun, ada pembeda utama di antara mereka. Pembeda itu bukan dari sisi bentuk wajah, badan, atau penampakan fisik lainnya, melainkan ketakwaan: hati yang bersih dan anggota badan yang diarahkan untuk mengabdi kepada Allah dan beramal saleh. Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Tetapi, Dia hanyalah melihat pada hati dan amal kalian.” (HR Muslim) Ibnu Rajab menjelaskan dalam kitab Syarh Manzhumah al-Adab , takwa tempatnya berada dalam hati, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui hakikatnya kecuali Allah. Betapa banyak orang yang rupanya bagus, hartanya banyak, pangkat atau kedudukan dunianya tinggi, tetapi hatinya kosong dari ketakwaan. Sebaliknya, ada orang yang tidak seperti itu tetapi hatinya penuh dengan ketakwaan, maka jadilah dia orang yang paling mulia di Allah. Allah menegaskan dalam firman-Nya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari...

Kualitas Semakin Meningkat

Gambar
BULAN Ramadan yang penuh berkah telah berlalu. Kita memasuki bulan Syawal yang menurut bahasa berarti “peningkatan”. Maksudnya, amal-amal saleh baik yang berupa ibadah mahdah maupun ghair mahdah meningkat. Dengan kata lain, bulan ini adalah bulan meningkatkan kualitas diri kita setelah sebulan penuh sebelumnya digembleng dengan puasa di siang hari dan beribadah di malam hari. Oleh karena itu, pada bulan Syawal kita disunahkan untuk berpuasa enam hari, sebagai wujud kontinuitas kita dalam beramal salah tanpa terputus. Meskipun kita telah berpuasa sebulan penuh, tetapi setelah itu tidak berarti ibadah puasa kita terputus. Kita masih dianjurkan untuk berpuasa Syawal yang pahalanya sangat besar. Nabi bersabda, “Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh.” (HR al-Bukhari dan Muslim) Termasuk ibadah yang seyogianya ditingkatkan setelah Ramadan adalah ibadah malam. Di bulan Ramadan, kit...

Doa di Tengah Wabah

Gambar
PADA suatu hari, salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Rasulullah menjawab, “Perbanyaklah berdoa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.” (HR ath-Thabrani) Tidak sedikit orang yang meremehkan doa. Mereka menganggap, segala masalah bisa diselesaikan dengan usaha sendiri, tidak perlu doa. Doa dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak ada gunanya, sekadar ilusi, berharap pada sesuatu yang tidak ada wujudnya. Berbeda dengan usaha yang jelas ukuran dan targetnya. Ada masalah, dicarikan solusinya, dan masalah dapat dipecahkan, atau target bisa didapatkan. Pendek kata, mereka merasa tidak penting berdoa, cukup dengan usaha. Meremehkan apalagi mengabaikan doa bukanlah sikap seorang mukmin sejati yang meyakini adanya Allah yang mengatur segala sisi kehidupan manusia dan alam semesta. Seorang mukmin akan selalu menyertakan Allah dalam setiap usaha yang dilakukan. Segala persoal...