Ujian Peningkat Derajat
Ketika manusia lahir ke dunia,
bahkan ketika masih di dalam kandungan, ia sudah mengalami banyak ujian. Ia
diuji, misalnya, dengan ibu yang mengandungnya. Apakah sang ibu dengan tulus
menjaganya, memberinya asupan yang baik agar tumbuh sehat, hingga waktu
melahirkan tiba; atau sebaliknya, tak peduli, bahkan dengan tega
menggugurkannya karena tak menginginkannya.
Setelah lahir, manusia makin
bertambah ujiannya. Apakah orang tua akan merawatnya atau menelantarkannya,
mendidiknya dengan baik atau menyia-nyiakannya, mensyukurinya atau malah
menyesal telah melahirkannya. Semakin dewasa, ujian makin bertambah ketika
berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain. Ternyata tidak semua orang
bersikap baik, bahkan ada yang menyakitinya atau berbuat jahat terhadapnya.
Seperti pada ayat di atas, ujian
tak mesti berbentuk sesuatu yang buruk. Lahir dalam lingkungan yang berada,
dengan asupan makanan dan gizi yang baik, dirawat dengan baik, itu juga ujian.
Apakah kelak dari semua kebaikan dan keberuntungan itu ia akan menjadi pribadi
yang bersyukur, mengenal Allah, baik terhadap orang lain, tertanam rasa empati
dan simpati terhadap orang lain yang tak seberuntung dirinya, atau tidak.
Apakah akan menjadi pribadi yang saleh, atau sebaliknya, menjadi pribadi yang
individualis, egois, angkuh, dan tak peduli dengan sesama.
Orang beriman yang menyadari
posisi dirinya dalam hidup akan melihat keburukan dan kebaikan sebagai
kesempatan emas untuk tetap istiqamah dalam kebaikan. Ketika didera keburukan,
ia akan tetap ingat Allah, tetap baik dalam hubungan sosial, dan bersabar
dengan apa yang dialami. Pun ketika merasa berada dalam kebaikan, kehidupan
yang nikmat, tak kekurangan, serbacukup, ia akan menyadari ada orang-orang yang
tidak sebaik dirinya. Dari situ lahir empati dan kepedulian terhadap
orang-orang yang tak mampu, lalu ia menjadi orang yang ringan tangan memberi
tanpa pamrih, serta berbuat semampunya untuk membantu.
Orang seperti itulah yang
dimaksud oleh Rasulullah sebagai mukmin sejati yang beruntung di dunia dan di
akhirat, “Sungguh mengagumkan perihal orang Mukmin; semua hal yang menimpa
mereka membuahkan kebaikan, yang itu tidak didapatkan oleh selainnya: jika ia
mengalami kelapangan atau kebaikan ia bersyukur, maka itu baik buatnya. Dan,
jika ia mengalami kesempitan atau keburukan ia bersabar, maka itu juga baik
buatnya.” (HR Muslim)
Orang beriman pasti akan diuji
dengan keburukan dan kebaikan selama ia masih hidup. Hal itu tidak lain untuk
meningkatkan derajatnya di sisi Allah serta membuatnya menjadi pribadi yang
tangguh dan penuh empati terhadap sesama manusia. Wallahu a’lam.
*Republika, Selasa 29 September 2020
Komentar
Posting Komentar