Kualitas Semakin Meningkat
BULAN Ramadan yang penuh berkah
telah berlalu. Kita memasuki bulan Syawal yang menurut bahasa berarti
“peningkatan”. Maksudnya, amal-amal saleh baik yang berupa ibadah mahdah
maupun ghair mahdah meningkat. Dengan kata lain, bulan ini adalah bulan
meningkatkan kualitas diri kita setelah sebulan penuh sebelumnya digembleng
dengan puasa di siang hari dan beribadah di malam hari.
Oleh karena itu, pada bulan
Syawal kita disunahkan untuk berpuasa enam hari, sebagai wujud kontinuitas kita
dalam beramal salah tanpa terputus. Meskipun kita telah berpuasa sebulan penuh,
tetapi setelah itu tidak berarti ibadah puasa kita terputus. Kita masih
dianjurkan untuk berpuasa Syawal yang pahalanya sangat besar. Nabi bersabda,
“Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan lalu diiringinya dengan puasa enam
hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh.” (HR al-Bukhari dan
Muslim)
Termasuk ibadah yang seyogianya
ditingkatkan setelah Ramadan adalah ibadah malam. Di bulan Ramadan, kita
dianjurkan untuk menghidup malam-malam kita dengan shalat tarawih dan iktikaf,
terutama di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan untuk mendapatkan Lailatul
Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Nabi mengatakan, “Barang siapa
yang bangun malam di bulan Ramadan (untuk beribadah) karena iman dan mengharap
pahala Allah, niscaya dosa-dosanya yang lalu diampuni Allah.” (HR al-Bukhari
dan Muslim)
Selepas Ramadan, kita seyogianya
lebih meningkatkan lagi ibadah malam, minimal tidak berkurang dari ibadah malam
di bulan Ramadan. Setelah Ramadan berlalu, tidak ada shalat Tarawih, tetapi
pada setiap malam, pada sepertiga malam terakhir, Allah turun ke dunia mencari
orang-orang yang tetap konsisten beribadah malam, seperti disabdakan Nabi,
“Tuhan kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga
malam terakhir. Allah berfirman, ‘Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya
Aku kabulkan. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan
barang siapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.’” (HR al-Bukhari
dan Muslim)
Di bulan Ramadan juga, kita
dianjurkan untuk banyak bersedekah dan membantu kaum miskin, seperti Nabi yang
digambarkan sangat dermawan di bulan Ramadan melebihi angin yang berembus
semilir (HR al-Bukhari dan Muslim). Setelah Ramadan, semangat ini mestinya
tidak melemah, justru harus meningkat, “Perumpamaan sedekah yang dikeluarkan
oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS al-Baqarah
[2]: 261)
Syawal menjadi bulan pembuktian
apakah kita berhasil melewati bulan Ramadan dengan baik. Apakah ibadah dan amal
saleh kita makin meningkat selepas Ramadan, atau justru makin menurun. Bila
ibadah kita makin meningkat atau konsisten seperti ibadah di bulan Ramadan,
berarti kita berhasil mendapatkan keberkahan Ramadan. Bila sebaliknya, kita
mesti segera mengintrospeksi diri, bisa jadi amal-amal selama bulan Ramadan
kita tidak membekas atau berpengaruh. Ramadan mendorong kita untuk menjadi
pribadi berkualitas, jangan sampai justru kualitas kita merosot setelah Ramadan
lewat. Wallahu a’lam.
*Nur Faridah
Penulis dan pedagang di BUKU MILENIAL
Republika, Kamis 4 Juni
2020
Komentar
Posting Komentar