Memaafkan Kesalahan
Memberi maaf terkadang begitu
sulit dilakukan. Apalagi jika kesalahan yang harus dimaafkan itu dirasakan
sangat besar dan berat. Terkait dengan harga diri, reputasi dan nama baik.
Bukannya memaafkan, terkadang malah marah, sakit hati, benci hingga dendam yang
tertanam di dalam hati. Lalu, berpikir dan mencari-cari cara untuk membalas
balik dengan keburukan yang sama, bahkan lebih.
Pada ayat di atas, Allah
menyuruh manusia untuk memaafkan dan berlapang dada atas keburukan yang
ditimpakan oleh orang lain. Dengan kata lain, Allah melarang manusia untuk
melakukan balas dendam, apalagi pembalasan yang lebih dari yang ia terima.
Tidak ada baiknya balas dendam. Ibaratnya, api dibalas dengan api, maka akan
semakin berkobar; yang kalah jadi abu, yang menang jadi arang.
Dalam kitab Tafsir al-Qur’an
al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, ayat di atas turun terkait Abu Bakar yang
begitu marah kepada Misthah, pelayannya, yang ikut menyebarkan fitnah terhadap
Aisyah (hadis ifki) yang berasal dari Abdullah bin Ubay tokoh munafik.
Dia memfitnah Aisyah berlaku tak terpuji dengan Shafwan, sahabat dekat
Rasulullah. Padahal, Shafwan sangat memuliakan dan menghormati istri beliau
itu.
Fitnah terhadap Aisyah menjadi
ujian berat bagi rumah tangga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Ini menyangkut
harga diri, reputasi dan nama baik. Karena itu, Abu Bakar marah terhadap
Misthah bin Utsatsah yang ikut-ikutan menyebarkan fitnah tersebut. Ia pun
bersumpah takkan menyantuninya lagi. Namun, setelah turun wahyu yang
membersihkan Aisyah dari segala tuduhan, Abu Bakar juga diingatkan untuk
memaafkan kesalahan. Ia pun memaafkan Misthah dan menyantuninya kembali.
Allah menegaskan bahwa orang
yang gemar memaafkan adalah orang bertakwa, “Dan bersegeralah kamu mencari
ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak,
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS Ali ‘Imran [3]: 133-134)
Orang yang gemar memaafkan juga
akan dijamin akan dimaafkan oleh Allah di akhirat, seperti dikatakan
Rasulullah, “Barang siapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah akan
memberinya maaf pada hari kesulitan (akhirat).” (HR ath-Thabrani). Orang yang
pemaaf adalah orang mulia di sisi Allah dan akan mendapatkan banyak kebaikan di
dunia dan di akhirat. Wallahu a’lam.
*Republika, Rabu 2 Februari 2022
Komentar
Posting Komentar