Sehat dengan Hidup Bersih
Tentang ayat di atas, Imam
ath-Thabari dalam Tafsir ath-Thabari-nya menjelaskan, ayat tersebut
turun berkenaan dengan orang-orang yang hadir di dalam masjid yang dibangun
berdasarkan ketakwaan (Quba) sejak awal, di mana di dalamnya ada orang-orang
yang gemar membersihkan diri dengan air setelah buang hajat. Allah menyukai
orang-orang yang membersihkan diri dengan air.
Dalam sumber lain, ath-Thabari
juga menyebutkan bahwa saat Allah mengatakan bahwa di dalam masjid tersebut ada
orang-orang yang suka membersihkan diri, Rasulullah bertanya kepada
orang-orang, “Apa yang membuat kalian dipuji Allah?” Mereka menjawab,
“Rasulullah, kami membersihkan bekas buang hajat kami dengan air.”
Di sini, Allah memuji
orang-orang yang membersihkan kotoran dengan air. Dengan demikian, bersuci atau
membersihkan diri dengan air adalah sesuatu yang baik dan membuat pelakunya
disukai Allah. Perintah untuk membersihkan diri tak hanya ketika akan
beribadah, seperti shalat, yaitu dengan berwudhu, tetapi juga di luar ibadah.
Misalnya, mandi setelah beraktivitas di luar, mencuci tangan, dan sejenisnya.
Wudhu itu sendiri sudah menggambarkan protokol kesehatan, karena di dalamnya
ada perintah untuk membasuh anggota tubuh, seperti muka, tangan, dan kaki.
Jadi, wudhu juga sangat bermanfaat dilakukan sebagai sarana membersihkan diri.
Allah mencintai atau menyukai
orang-orang yang bersih. Orang lain juga akan lebih suka dengan orang yang
bersih. Orang yang hidup kotor akan dijauhi orang. Minimal, orang akan segan
berdekatan dengannya. Orang yang bersih biasanya menjadi gambaran bagaimana kehidupannya
sehari-hari.
Allah mewajibkan orang beriman
untuk shalat dalam sehari lima kali. Dalam setiap shalat itu dia diperintahkan
untuk bersuci atau membersihkan diri. Ini memberi pelajaran bahwa seseorang
harus membiasakan membersihkan diri, minimal lima kali dalam sehari. Bahkan
bagi orang yang belum batal sekalipun dianjurkan untuk kembali berwudhu yang
dalam fikih disebut “tajdid wudhu” (memperbarui wudhu). Dengan kata
lain, senantiasa memperbarui kesucian atau kebersihannya.
Bersuci atau membersihkan diri
adalah sesuatu baik, tidak hanya bagi diri yang bersangkutan tetapi juga bagi
orang lain dan lingkungan. Kebersihkan diri kita tak hanya akan membuat kita
sehat dan disukai orang lain, tetapi lebih dari itu adalah dicintai oleh Allah,
seperti orang mukmin di Quba yang dimuliakan oleh Allah karena terbiasa hidup
bersih. Kita tak pernah tahu kapan dan di mana virus atau bakteri menempel atau
masuk di tubuh kita. Namun, kita bisa berikhtiar maksimal menjaga diri kita
dengan membiasakan hidup bersih. Setelah itu, kita serahkan semuanya kepada
Allah, tempat kita memohon diberikan kesehatan. Wallahu a’lam.
*Republika, Kamis 1 Juli 2021
Komentar
Posting Komentar