Bekal Menuju Allah
MANUSIA berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Namun, manusia sering kali melalaikan hal ini, lupa menjadikan kehidupan sebagai tempat mencari bekal untuk menuju kepada-Nya. Alih-alih mencari bekal, manusia malah mengingkari dan menjauhi-Nya. Allah mengingatkan, “Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allahlah kembali (semua makhluk).” (QS an-Nur [24]: 42)
Syaikh as-Sa’di dalam Tafsir-nya menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi. Dia yang memberikan rezeki pula kepada langit dan bumi. Allah juga yang mengatur langit dan bumi. Allah mengaturnya secara syar’i dan qadari. Maksudnya, semua harus tunduk pada aturan syariat Allah dan semua yang Allah tetapkan itu pasti terjadi. Bumi adalah tempat manusia beramal, sedangkan akhirat adalah tempat amal kita dibalas.
Allah adalah tujuan sesungguhnya
perjalanan setiap manusia. Manusia yang menemui-Nya tanpa membawa bekal apa-apa
akan diempaskan-Nya dalam penderitaan berkepanjangan, di neraka-Nya. Bekal itu
bukan harta benda atau pernak-pernik manusia yang melekat pada tubuhnya,
melainkan iman dan amal saleh. Bekal yang membuat Allah senang dan
mempersilakannya untuk mengenyam kenikmatan abadi yang disediakan-Nya, di
surga-Nya.
Kesadaran bahwa Allah adalah
tujuan akan menjadikan perjalanan manusia lebih berarti. Berarti bagi dirinya,
bagi orang lain, dan bagi lingkungan sekitarnya. Berjalan di muka bumi
menebarkan kebaikan pada apa pun yang dilaluinya. Bahkan pada orang yang
berbuat jahat atau ingin mencelakakannya. Seluruh anggota badannya
didedikasikan untuk kebaikan, karena itulah yang akan dipersembahkan pada Allah
ketika ia bertemu dengan-Nya.
Tak ada manusia yang sempurna,
namun semua manusia bisa berupaya menuju kesempurnaan. Orang-orang yang beriman
akan selalu berusaha menjadi sosok mulia dan baik seoptimal mungkin di hadapan
Allah kelak, menjadi hamba-Nya yang kelak akan diseru dengan lembut, “Wahai
jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan
diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam surga-Ku.” (QS al-Fajr [89]: 27-30).
Amal saleh ketika hidup adalah
bekal utamanya, selain iman. Allah berfirman, “Dan kerjakanlah kebaikan.
Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS Saba’ [34]: 11). Dalam kitab Musnad al-Harits disebutkan,
Abdullah bin Amru bin al-‘Ash mengatakan, “Berusahalah untuk duniamu
seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah
kamu mati esok hari.”
Tanpa bekal amal saleh, kita
bisa jadi malah akan celaka sebelum sampai kepada Allah. Dalam kitab Nashaih
al-‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani disebutkan, Abu Bakar ash-Shiddiq
mengingatkan, “Barang siapa yang memasuki kubur tanpa membawa bekal yaitu
berupa amal saleh maka keadaannya seperti orang yang menyeberangi lautan
tanpa menggunakan perahu. Maka sudah pasti ia akan tenggelam dan tidak mungkin
akan selamat kecuali mendapatkan pertolongan oleh orang-orang yang dapat
menolongnya.” Wallahu a’lam.
*Republika, Sabtu 20 Maret 2021
Komentar
Posting Komentar