Wajah Ceria Juga Sedekah

KITA sejatinya tak bisa membuat senang semua orang. Pasti akan ada orang yang bahkan ketika kita berusaha membuatnya senang, dia tetap menyimpan perasaan curiga atau bersikap sinis, menganggap bahwa apa yang kita lakukan ada maunya atau seperti pepatah “ada udang di balik batu”. Padahal, membuat orang lain senang, dalam hal baik atau positif, termasuk adab atau akhlak Islam. 

Dalam sejumlah hadis, misalnya, Rasulullah menyuruh kita untuk menebarkan salam, yang berarti mendoakan kebaikan, dan menebarkan senyuman ketika bertemu dengan orang lain. Bahkan, senyuman ini adalah sedekah. Beliau bersabda, “Senyummu kepada saudaramu itu adalah sedekah.” (HR at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmidzi

Maksudnya, sekadar memperlihatkan roman muka yang menyenangkan, menggembirakan, dan membahagiakan, semua itu termasuk sedekah. Karena, sedekah tak harus bersifat materi, seperti memberikan uang atau barang. Bisa juga sedekah dengan sesuatu yang sifatnya nonmateri, seperti menebarkan senyuman, yang berarti menunjukkan sikap keakraban dan kedekatan, atau usaha untuk menjalin hubungan yang baik sebagai sesama manusia. 

Sebaliknya, Islam mengajarkan kita untuk tidak menampakkan roman muka yang menyedihkan, muram, dengan tujuan agar dikasihani. Itu saja sudah tak sesuai adab, apalagi bila sampai membuat-buat kamuflase atau secara sengaja menampilkan muka memelas dan sedih demi semata mendapatkan keuntungan materi. Sementara, ada cara atau bentuk lain yang dapat dipilih untuk mendapatkan materi secara halal dan layak. 

Dalam hadisnya, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak suka terhadap orang yang selalu berwajah muram di hadapan kawan-kawannya.” (HR ad-Dailami dalam Musnad al-Firdausi

Pada hadis di atas, Rasulullah menyebutkan bahwa Allah tidak suka dengan orang yang selalu berwajah muram ketika tengah berinteraksi dengan sesama. Maknanya, manusia sekuat mungkin harus memperlihatkan sikap yang membuat orang lain senang, bahagia, dan gembira, bukan sebaliknya. Dalam makna yang lebih luas, roman muka yang seperti ini seperti menebarkan aura negatif dan sikap pesimistis. Sebaliknya, roman muka yang cerah penuh senyuman seperti menebarka aura positif dan sikap optimistis. 

Rasulullah tidak menafikan adanya perasaan-perasaan sedih pada diri manusia. Beliau hanya mengingatkan agar sebisa mungkin perasaan-perasaan itu tidak ditampakkan kepada orang lain dalam roman muka murung. Karena, itu berarti menampakkan kepada orang lain sesuatu yang tidak menyenangkan. Hal demikian sama dengan memberikan sesuatu yang tidak baik. Dan, memberikan yang tidak baik tentunya bukan termasuk sedekah, karena sedekah haruslah sesuatu yang baik. Bila itu berupa benda, maka benda yang terbaik untuk disedekahkan. Bila itu bukan berupa benda, maka harus pula yang terbaik. 

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda, “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia dengan hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan pada wajahmu.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak). Dengan roman muka ceria, kita tak hanya memancarkan kebaikan, tetapi juga menularkan kebaikan itu kepada orang lain atau lawan bicara kita. Sementara di sisi Allah, ini tercatat sebagai sedekah yang akan diberi pahala. Wallahu a’lam

*Republika, Kamis 16 Maret 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid