Fitrah Bertauhid

TAUHID atau mengesakan dan beribadah kepada Allah, adalah dakwah pertama yang disampaikan oleh para nabi dan rasul Allah. Dakwah Nabi Nuh, misalnya, sebagaimana firman Allah, “Sungguh, Kami telah mengutus Nuh (sebagai rasul) kepada kaumnya, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.’” (QS al-A’raf [7]: 59) 

Tauhid menjadi dasar dari keimanan dalam hati yang merupakan fondasi utama dalam perilaku seorang Muslim. Bila fondasi ini kuat, maka ibadah-ibadah fisik akan baik. Bila fondasi ini rapuh, maka ibadah-ibadah fisik tidak akan maksimal, bahkan malah akan sering dilanggar, atau diabaikan dan dianggap tak penting. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan ibadah, fondasi tauhid ini harus diperkuat dan terus dijaga hingga akhir hayat. 

Dalam hadisnya, Rasulullah mengatakan bahwa orang yang mati dalam kondisi bertauhid, maka dia masuk surga, “Sesuatu telah datang kepadaku dari Tuhanku, memberitahuku dan menyampaikan kabar gembira kepadaku bahwa barang siapa yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, maka ia akan masuk surga.” (HR al-Bukhari). Dalam hadis lain, beliau bersabda, “Barang siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia akan masuk neraka.” (HR al-Bukhari) 

Tujuan Allah menciptakan manusia itu sendiri adalah agar manusia beribadah, mengabdi, dan menaati-Nya. Allah berfirman, “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS adz-Dzariyat [51]: 56) 

Dalam kitab Tafsir ath-Thabari karya Imam ath-Thabari disebutkan ada beberapa makna dari ungkapan “illa liya’buduni”, di antaranya. Pertama, agar mereka beribadah. Kedua, agar mereka tunduk kepada Allah dengan jalan beribadah. Ketiga, agar mereka tetap beribadah, suka atau tidak suka. Keempat, agar mereka beribadah kepada Allah dan tunduk terhadap segala perintah-Nya. 

Ibadah dan ketundukan hanya kepada Allah inilah pengertian dari tauhid itu sendiri. Hal sebaliknya adalah syirik. Yakni, menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Beribadah dan tunduk kepada selain Allah (dalam hal-hal ibadah). Atau, beribadah kepada Allah, tetapi juga beribadah kepada selain-Nya. Atau, menjadikan (meyakini) ada tandingan selain Allah. 

Allah mencintai orang yang bertauhid dan membenci orang yang berbuat syirik. Pada hadis di atas, Rasulullah memberikan garansi bahwa orang yang mati dalam keadaan bertauhid akan Allah masukkan ke dalam surga. Sementara orang yang mati dalam keadaan berbuat syirik akan Allah masukkan ke dalam neraka. 

Manusia mesti beribadah, karena dia adalah makhluk atau ciptaan Allah. Maka beribadah hanya kepada-Nya, tidak berbuat syirik terhadap-Nya, adalah sesuatu yang niscaya. Selain itu, Allah telah memberikan kepada manusia kehidupan di dunia dan rezeki, serta tempat tinggal di muka bumi. Akal manusia yang sehat pastinya akan mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas semua itu. Dengan demikian, secara naqli (dalil) dan aqli (rasio), bertauhid dan beribadah kepada Allah adalah sesuatu yang default atau fitrah dalam diri manusia sejak mereka diciptakan. Karena itu, orang yang tidak bertauhid dan beribadah kepada Allah, dia telah mengingkari dirinya sendiri, fitrahnya sendiri, yang dalam istilah Alquran disebut sebagai “menzalimi diri sendiri”. Wallahu a’lam.   

*Republika, Jumat 1 September 2023

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid