Selalu Menepati Janji

SEORANG mukmin sejati mesti menepati janjinya, dan tidak boleh mengingkarinya. Rasulullah bersabda, “Di antara akhlak seorang mukmin, bila berjanji ditepati.” (HR ad-Dailami) 

Ibarat pepatah, janji adalah utang. Sebagaimana utang yang harus dilunasi, janji juga demikian. Menepati janji adalah akhlak mulia seorang mukmin, seperti dikatakan Rasulullah pada hadis di atas. Dengan kata lain, mengingkari janji bukanlah akhlak seorang mukmin. Dalam hadis lain dikatakan bahwa mengingkari janji termasuk perilaku atau sifat dari orang munafik (hipokrit). 

Rasulullah bersabda, “Ada empat macam perkara yang apabila semuanya ada di dalam diri seseorang, maka orang itu adalah seorang munafik tulen, dan barang siapa yang di dalam dirinya ada salah satu dari empat macam perkara tadi, maka ia dihinggapi oleh salah satu sifat kemunafikan sehingga ia meninggalkan sifat tersebut, yaitu: apabila ia dipercaya berkhianat, apabila berbicara berdusta, apabila berjanji tidak menepati dan apabila bertengkar melakukan kejahatan.” (HR al-Bukhari dan Muslim) 

Di akhirat nanti, orang yang suka mengingkari janji akan diberi bendera yang menunjukkan bahwa ia gemar mengingkari janji. Nabi bersabda, “Setiap orang yang ingkar janji (tidak menepati janji) itu akan memperoleh sebuah bendera pada hari kiamat, kemudian kepada orang-orang diumumkan, ‘Inilah pengingkaran si Fulan.’” (HR al-Bukhari dan Muslim) 

Di hadis lain bahkan dikatakan bahwa perbuatan ingkar janji yang paling besar dosanya di sisi Allah adalah ingkar janji yang dilakukan oleh penguasa atau pemimpin. Rasulullah bersabda, “Setiap orang yang ingkar janji itu akan memperoleh sebuah bendera pada pinggulnya besok pada Hari Kiamat, bendera itu dinaikkan dan tingginya itu menurut tingkat pengingkarannya. Ingatlah, tiada seorang pengingkar pun yang lebih besar dosa ingkar janjinya itu selain dari seorang penguasa.” (HR Muslim) 

Oleh karena itu, janji mesti ditepati. Bahkan, jika orang yang berjanji itu telah meninggal dunia, pihak keluarganya mesti bertanya kepada orang-orang kalau-kalau ada janji yang belum ditepati dari sang mendiang tadi, untuk dilunasi. Inilah yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq setelah Rasulullah wafat. 

Jabir menuturkan: Nabi pernah bersabda kepadaku, “Andai kata harta dari daerah Bahrain itu telah tiba, aku pasti akan memberimu sekian, sekian dan sekian.” Tetapi harta dari Bahrain itu tidak pernah datang sampai Rasulullah wafat. Harta itu baru datang kemudian setelah Rasulullah tiada. Saat itu, Abu Bakar menyuruh seseorang supaya berseru, “Barang siapa yang pernah dijanjikan sesuatu oleh Rasulullah atau punya piutang yang harus ditagih dari beliau, maka hendaklah datang ke tempat kami.” Jabir pun mendatangi Abu Bakar dan berkata, “Rasulullah pernah menjanjikan akan memberi saya harta dari Bahrain sekian, sekian dan sekian.” Abu Bakar lalu memberikan kepadaku seperti yang dijanjikan Rasulullah, kemudian aku menghitungnya, dan ternyata jumlahnya lebih. Abu Bakar lalu berkata, “Ambillah dua kalinya itu lagi.” (HR al-Bukhari dan Muslim) 

Demikianlah akhlak mukmin sejati, selalu menepati janji dan tidak pernah mengingkarinya. Mereka sadar, itu adalah perintah Allah dan akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Allah berfirman, “Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (QS al-Isra’ [17]: 34). Wallahu a’lam.  

*Republika, Kamis 15 Agustus 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid