Hati Terpaut Masjid
Masjid adalah tempat mulia dan diberkahi. Ia disebut juga “baitullah”, yakni rumah Allah, tempat Dia menerima tamu-tamunya yang Dia muliakan. Semakin seorang tamu rutin datang berkunjung, semakin banyak pula Dia menjamunya dengan berbagai keutamaan dan kemuliaan yang akan ia rasakan manfaatnya, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
Pada hadis di atas, Rasulullah menyatakan bahwa Allah akan mempersiapkan tempat
terindah di surga bagi para tamu yang sering datang mengunjungi-Nya. Salah satu
ciri dari orang yang beriman itu sendiri adalah memakmurkan masjid, yang berarti
adalah rutin mengunjunginya, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid
Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta
tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun)
selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS at-Taubah [9]: 18)
Pada hadis lain, Rasulullah menyatakan bahwa setiap langkah seseorang menuju
masjid akan Allah hitung sebagai jaminan diangkatnya derajat dan diberinya
ampunan, “Sesungguhnya jika salah satu di antara kalian berwudhu secara baik,
kemudian pergi ke masjid, tidak ada yang ia niatkan selain untuk mengerjakan
shalat, maka pada setiap langkahnya ke masjid itu Allah mengangkat derajatnya
dan menghapus dosanya hingga ia masuk ke dalam masjid.” (HR al-Bukhari)
Dalam makna yang lain, pergi ke masjid menunjukkan bahwa dirinya atau hatinya
selalu terpaut dengan masjid dan selalu ingin pergi ke sana, karena menyadari
ada nilai yang lebih besar ia dapatkan di masjid. Dalam sehari semalam, lima
kali dari masjid manusia dipanggil untuk mendatanginya guna beribadah di
dalamnya, menghadap Allah. Manusia yang telah terpaut hatinya dengan masjid
tidak akan melewatkan satu panggilan pun selain akan mendatanginya.
Inilah manusia yang oleh Allah tidak hanya dijanjikan surga, tetapi sebelum
masuk surga pun sudah dipayungi dengan naungan Allah, “Ada tujuh golongan yang
akan dinaungi Allah pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu
(di antaranya) seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid.” (HR
al-Bukhari).
Terpaut di sini bukan berarti mengagung-agungkan tempat,
melainkan hati selalu rindu melakukan aktivitas ibadah di dalamnya, seperti
shalat, zikir, doa, membaca al-Quran, dan iktikaf, karena itulah “rumah Allah”
atau “baitullah” yang paling dekat dengan kita tetapi sering kali kita abaikan
karena kesibukan duniawi kita baik pada siang maupun malam. Dengan hati yang
terpaut masjid, kita menjadi bersemangat untuk selalu mendekatkan diri dan
bersimpuh di hadapan Allah dengan penuh kerendahan hati, menyadari
kehadiran-Nya dalam kehidupan kita. Wallahu a’lam.
*Republika, Selasa 8 Oktober 2024
Komentar
Posting Komentar