Menutup Aurat
SUATU ketika, Rasulullah ditanya
oleh seorang laki-laki, “Wahai Rasulullah, apa yang seharusnya kami lakukan dan
apa yang harus kami jauhi dari masalah aurat?” Mendengar pertanyaan ini,
Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Peliharalah auratmu kecuali kepada
istri-istrimu dan para budak yang ada dalam penguasaanmu.”
Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu bagaimanakah jika antara dua orang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Kalau engkau mampu untuk tidak melihatnya (melihat auratnya) maka lakukanlah.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu kalau ia dalam keadaan sendiri?” Untuk yang terakhir kalinya Rasulullah menjawab, “Kalau demikian, maka Allah lebih berhak untuk dimalui.” (HR at-Tirmidzi)
Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu bagaimanakah jika antara dua orang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Kalau engkau mampu untuk tidak melihatnya (melihat auratnya) maka lakukanlah.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu kalau ia dalam keadaan sendiri?” Untuk yang terakhir kalinya Rasulullah menjawab, “Kalau demikian, maka Allah lebih berhak untuk dimalui.” (HR at-Tirmidzi)
Dalam kitab Mausu’ah
al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, aurat diartikan sebgai anggota badan yang tidak
boleh di tampakkan dan diperlihatkan oleh laki-laki atau perempuan kepada orang
lain. Islam sangat menekankan agar aurat ditutup dan tidak diumbar ke khalayak
umum. Selain untuk menjaga kehormatan, juga bentuk proteksi terhadap orang
bersangkutan dari hal-hal buruk.
Allah berfirman, “Katakanlah
kepada orang laki-laki beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada
wanita beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau
putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita muslim, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.’” (QS an-Nur [24]: 31)
Dalam hadis lain, Rasulullah pernah menegur Asma binti Abu Bakar ketika
beliau datang ke rumah Nabi dengan mengenakan busana yang agak tipis. Beliau
pun memalingkan mukanya sambil berkata, “Wahai Asma! Sesungguhnya wanita jika
sudah balig maka tidak boleh tampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini
(beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).” (HR Abu Dawud dan
al-Baihaqi)
Inilah pesan yang ingin
disampaikan oleh Rasulullah kepada seluruh umat manusia, untuk berperilaku dan berbuat
dalam kehidupan sosialnya sebagai manusia yang bermoral, bukan manusia yang
tidak mengenal sama sekali apa itu adab, apa itu moral, yang dipikirkan hanya
bagaimana untuk makan dan kejayaan walaupun itu ditempuh dengan cara-cara yang
amoral. Atau demi kebanggaan yang sesungguhnya membahayakan dirinya sendiri.
Allah menyuruh laki-laki menahan pandangan, pada saat yang sama menyuruh wanita
untuk menutup aurat. Inilah keadilan dan keindahan Islam agar tercipta
kemaslahatan bersama dan terhindar dari kemudaratan.
Oleh karena itu, sangat
mengherankan ketika ada yang melarang perempuan muslimah untuk menutup aurat,
baik itu dengan kerudung, hijab, cadar atau yang lainnya, sementara pada saat
yang sama malah menoleransi penampilan vulgar atau transparan. Menutup aurat
adalah ajaran Islam, tidak hanya sebagai bentuk ibadah terhadap Allah tetapi
juga akhlak, adab atau etika dalam kehidupan sosial. Menutup aurat sejatinya
menjaga orang bersangkutan dari hal-hal buruk atau negatif, baik itu yang
berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Ada prinsip yang
mengatakan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Menutup aurat adalah salah
satu upaya preventif yang efektif. Wallahu a’lam.
*Nur Faridah
Penulis dan pedagang di Jajan Buku
Penulis dan pedagang di Jajan Buku
Republika, Kamis 22 Maret 2018
Komentar
Posting Komentar