Semangat Bersedekah
DI antara karakteristik orang
mukmin sejati yang diteladankan oleh Rasulullah dan para sahabat serta ulama
saleh adalah semangat bersedekah dengan harta yang paling dicintai dan
dibutuhkan. Dalam Alquran, Allah berfirman, “Kalian tidak akan mendapatkan
kebajikan sebelum menyedekahkan apa yang kalian cintai. Dan, apa pun yang
kalian sedekahkan pasti Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imran [3]: 92)
Dikisahkan, Abu Thalhah, salah
seorang sahabat dari kalangan Anshar, hanya memiliki satu kebun bernama
Bairuha’ yang terletak tidak jauh dari masjid Madinah, sebagai harta paling
dicintai dan dibanggakannya. Suatu ketika, ia mendatangi Rasulullah dan
berkata, “Aku ingin mengamalkan apa yang diperintahkan Allah untuk
menyedekahkan apa yang kita cintai, wahai Rasulullah. Terimalah kebun Bairuha’,
satu-satunya harta yang aku miliki, sebagai sedekah. Aku serahkan kepada Anda
untuk dibagi-bagikan kepada orang yang membutuhkan.”
Dengan gembira dan penuh
sukacita, Rasulullah menyambut sedekah itu dan menguasakan teknis pembagian
kebun itu kepada Abu Thalhah sendiri. Rasulullah hanya menyarankan agar harta
itu dibagikan kepada keluarga Abu Thalhah yang terdekat dan sangat membutuhkan,
terlebih dulu, baru kepada orang lain. Di antara orang yang menerimanya adalah
Zaid bin Tsabit dan Ubay bin Ka’ab. (HR Muslim)
Semangat bersedekah yang sama
juga diteladankan oleh Abdullah bin Umar. Suatu saat, ia ditimpa sakit cukup
keras. Setelah beberapa waktu kemudian sembuh, ia tiba-tiba begitu ingin makan
ikan. Waktu itu, ikan di daerahnya sulit ditemukan. Orang-orang disebar untuk
membantu menemukannya. Akhirnya didapatlah seekor ikan. Ikan itu dibawa pulang
dan dimasak, sementara Abdullah bin Umar tetap terbaring menunggu ikan yang
dimasak matang.
Ketika matang, dihidangkan, dan
hendak dimakan, tiba-tiba dari luar rumahnya terdengar ada suara pengemis yang
meminta-minta makanan karena kelaparan. Segera saja, Abdullah bin Umar menyuruh
pembantunya untuk membungkus ikan yang siap dimakan tadi ditambah dengan roti,
untuk diberikan kepada sang pengemis.
Karena merasa lebih kasihan
dengan Abdullah bin Umar, sang pembantu itu kemudian menyembunyikan ikan dan
roti yang dibungkus itu ke balik bajunya, dan mengambil satu dirham di kantongnya
untuk diberikan kepada sang pengemis. Setelah sang pengemis berlalu dengan
roman muka gembira, sang pembantu masuk lagi dan mengembalikan bungkusan berisi
ikan dan roti itu kepada Abdullah bin Umar, sambil bercerita bahwa ia telah
menggantinya dengan uang satu dirham.
Mendengar penuturan pembantunya,
Abdullah bin Umar sangat marah dan menyuruh sang pembantu untuk segera mencari
sang pengemis sampai dapat sambil berkata, “Aku mendengar Rasulullah
mengatakan, ‘Kalau ada orang yang sangat ingin akan sesuatu yang membuka
selera, lalu ia tekan keinginan itu, sehingga tidak ia tidak mementingkan
dirinya sendiri, Allah akan mengampuni dosa-dosanya.’” (HR Ibnu Hibban dan
ad-Daruquthni)
Para sahabat sangat antusias dan
bersemangat dalam bersedekah karena mengetahui betul keutamaannya yang sangat
besar dan manfaatnya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain di dunia dan
di akhirat. Syaikh Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam dalam kitab at-Tadawi bi
ash-Shadaqah menyebutkan pesan Ali bin Abi Thalib, “Siapa yang dikaruniakan
harta oleh Allah, maka hendaknya menyambung silaturahim, menghormati tamu,
menyenangkan orang yang tengah bersedih, orang yang dalam perjalanan (musafir),
orang-orang fakir miskin, orang yang berjihad di jalan Allah, dan hendaknya
bersabar menghadapi musibah, karena dengan semua ini kemuliaan dunia dan
kebahagiaan di akhirat akan didapatkan.” Wallahu a’lam.
*Nur Faridah
Penulis dan pedagang di toko Jajan Buku
Republika, Selasa 15 Mei 2018
Komentar
Posting Komentar