Menyadari Kehadiran Allah


ALLAH senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Dia melihat, mengawasi, mendengar, dan mengurusi kita. Dia melihat dan mengawasi perilaku kita. Dia juga mendengar apa yang kita ucapkan, baik atau buruk, keras atau bisik-bisik kita. Dia juga mengurusi kita dan makhluk-Nya di alam semesta, dari zat yang paling kecil hingga materi yang paling besar. Kehadiran dan keberadaan Allah membuat kehidupan dunia terus berjalan sampai akhir zaman. Allah berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada pada diri kalian. Karenanya, berhati-hatilah (waspadalah).” (QS al-Baqarah [2]: 235)

Allah selalu hadir dalam kehidupan manusia. Maka sudah seyogianya bagi seorang mukmin menyadari kehadiran Allah itu. Kesadaran ini disebut dengan muraqabah. Dengan kesadaran ini, segala perilaku dan tindakannya akan terkontrol. Ia akan malu dan takut untuk melakukan keburukan atau kejahatan karena Allah melihatnya. Ia juga akan merasa malu dan tidak enak jika tidak melakukan kebaikan, karena Allah sesungguhnya telah mengurusinya dengan memberinya rezeki, kesehatan, kemampuan, kekuatan, dan seterusnya. Ia akan malu jika kebaikan Allah disia-siakan tanpa disyukuri alih-alih malah diingkari (kufur nikmat).

Allah selalu memberikan sesuatu yang terbaik bagi hamba-Nya yang menyadari kehadiran-Nya dalam kehidupan. Dikisahkan, pada suatu malam Khalifah Umar bin al-Khathab pergi ke daerah pinggiran kota Madinah. Ia kemudian beristirahat sejenak sambil bersandar di tembok salah satu rumah warga. Tak lama kemudian, terdengarlah dari dalam rumah suara seorang perempuan yang memerintahkan putrinya untuk mencampur susu dengan air. Tetapi, anak perempuan tersebut menolak, “Bagaimana aku hendak mencampurkannya, sedangkan Khalifah Umar telah melarangnya?” Sang ibu menimpalinya, “Umar tidak akan mengetahui.” Putrinya menjawab lagi, “Kalau Umar tidak mengetahui, tetapi Tuhannya pasti mengetahui.”

Umar tertegun mendengar ucapan anak perempuan itu. Pagi harinya, ia menyuruh putranya, Ashim, untuk pergi ke rumah wanita tadi malam. Sebelum itu, Umar berpesan, “Pergilah, wahai anakku, dan nikahilah anak perempuan tersebut, karena dia perempuan salehah.” Beberapa waktu kemudian, Ashim pun menikahi perempuan tersebut. Darinya lahir seorang anak perempuan yang kelak di kemudian hari melahirkan seorang khalifah yang dikenal saleh, zuhud, adil, mencintai rakyatnya dan rakyat pun mencintainya, yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Kesadaran akan kehadiran Allah sangat penting dalam kehidupan ini. Al-Jazairi dalam kitab Minhaj al-Muslim mengatakan bahwa seseorang yang selalu menyadari kehadiran Allah akan dapat merasakan kebesaran dan kesempurnaan-Nya. Tenteram saat mengingat nama-Nya dan merasakan ketenteraman ketika menaati-Nya. Ia akhirnya akan selalu ingin dekat dengan-Nya dan tidak akan berpaling kepada selain-Nya sebagai Tuhan hakiki-Nya.

Sufyan ats-Tsauri, salah satu ulama besar generasi Tabiin (generasi setelah sahabat Nabi), pernah berpesan pada para muridnya, “Hendaklah kalian selalu menyadari kehadiran Zat Yang mengetahui apa saja yang ada pada diri kalian. Hendaklah pula, kalian hanya mengharap kepada Zat Yang memenuhi harapan kalian. Dan, hendaklah kalian takut kepada Zat Yang memiliki hukuman pedih.”

Allah selalu hadir dalam kehidupan kita untuk melihat dan mengawasi gerak-gerik kita. Tidak ada satu pun yang terluput dari pengawasan-Nya. Orang beriman yang menyadari kehadiran Allah dalam kehidupan akan merasakan ketenangan sekaligus mawas diri dan selalu mengontrol diri. Dan, kalau kemudian terjatuh dalam kesalahan atau dosa, ia segera menyadari dan bertobat. Ini membuatnya selalu dekat Allah di mana pun berada. Lebih dari itu, dalam kehidupannya ia akan selalu dekat dan mendekati kebaikan atau hal-hal positif serta jauh dan menjauhi keburukan atau hal-hal negatif. Wallahu a’lam.

*Nur Faridah
Penulis dan pedagang di Jajan Buku
Republika, Rabu 11 Juli 2018



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid