Merasakan Kehadiran Allah
ALLAH hadir
dalam kehidupan kita. Dia tak terlihat, karena Mahagaib, tetapi kita bisa
merasakan kehadiran-Nya. Pada diri kita, pada diri orang lain, juga pada
lingkungan; tetumbuhan dan hewan-hewan, serta lebih luas alam semesta. Dia
melihat semua makhluk-NyaAllah berfirman, “Dan Dia adalah beserta kamu di mana saja
kamu berada.” (QS al-Hadid [57]: 4).
Merasakan
kehadiran Allah bisa mendorong kita untuk lebih mawas diri serta penuh
pertimbangan dan perhitungan saat akan melakukan sesuatu. Kita akan menimbang,
apakah yang kita lakukan baik atau buruk. Kita menyeleksi dan mencermati betul
setiap tindakan kita. Kita merasakan kehadiran Allah, maka kita akan selalu
berada di jalan kebaikan dan menjauhi jalan keburukan. Inilah yang Nabi sebut
sebagai ihsan, “Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya.
Jika kamu tak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR al-Bukhari dan
Muslim)
Dikisahkan,
Abdullah bin Dinar menemani Umar bin al-Khathab pergi ke Mekah. Di tengah
perjalanan, mereka berhenti untuk beristirahat sejenak melepaskan lelah. Selang
beberapa saat, lewatlah seorang penggembala yang menggiring kambing-kambingnya
yang gemuk-gemuk pulang dari penggembalaan yang penuh rerumputan menghijau.
Umar sangat tertarik dengan keadaan kambing-kambing itu dan ingin membelinya
seekor.
Umar pun
mencegat sang penggembala dan bertanya, “Wahai penggembala, aku tertarik dengan
kambing-kambingmu. Sudikah kamu menjual seekor kepada saya?” Sang penggembala
menjawab, “Wahai Tuan, maaf, ini bukan kambingku, tetapi milik majikanku. Aku
tak bisa menjualnya sebelum memberitahu majikanku.” Umar terus mendesak, “Dia
tak tahu apa yang kita lakukan.” Si penggembala menjawab, “Majikanku memang
tidak mengetahuinya, tetapi bukankah Allah Maha mengetahui apa pun yang aku dan
engkau perbuat?”
Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Minhaj al-Muslim menyebut ini sebagai muraqabah, kesadaran seorang muslim bahwa dirinya selalu diawasi Allah setiap saat. Ia merasa bahwa Allah selalu melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya dan semua amalnya, serta mengamatinya, dan apa saja yang dilakukan anggota badan, lahir dan batin. Al-Jazairi mengatakan, orang yang selalu menyadari kehadiran Allah akan dapat merasakan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Tenteram saat mengingat nama-Nya dan merasakan ketenteraman ketika menaati-Nya. Ia akhirnya akan selalu ingin dekat dengan-Nya dan tidak akan berpaling kepada selain-Nya sebagai Tuhan hakiki-Nya.
Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Minhaj al-Muslim menyebut ini sebagai muraqabah, kesadaran seorang muslim bahwa dirinya selalu diawasi Allah setiap saat. Ia merasa bahwa Allah selalu melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya dan semua amalnya, serta mengamatinya, dan apa saja yang dilakukan anggota badan, lahir dan batin. Al-Jazairi mengatakan, orang yang selalu menyadari kehadiran Allah akan dapat merasakan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Tenteram saat mengingat nama-Nya dan merasakan ketenteraman ketika menaati-Nya. Ia akhirnya akan selalu ingin dekat dengan-Nya dan tidak akan berpaling kepada selain-Nya sebagai Tuhan hakiki-Nya.
Orang yang
merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan akan terdorong untuk mencintai-Nya
dengan tulus dan terus-menerus berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Ia juga
akan senantiasa mencintai sesama dan seluruh makhluk-Nya, karena semua itu
sejatinya adalah milik dan ciptaan-Nya yang harus dijaga, dikasihi, disayangi,
bukan dibenci, dizalimi, dan diperlakukan buruk. Ia juga akan selalu menjaga
diri dari berbagai keburukan dan merasa malu jika berbuat jahat kepada siapa
pun, karena Allah melihat dirinya. Berbagai tindakan buruk dan jahat terhadap
sesama manusia terjadi karena manusia mengabaikan dan menyingkirkan Allah dalam
kehidupannya. Ia tidak meyakini kehadiran-Nya, bahkan cederung menentang
orang-orang yang menunjukkan keberadaan-Nya.
Orang mukmin
sejati akan selalu merasakan kehadiran-Nya, karena dia menyadari
keberadaan-Nya. Ini membuat dirinya akan selalu berada di jalan yang benar.
Hidupnya juga akan bahagia karena yakin bahwa Allah pasti akan menyertainya,
membimbingnya kepada kebaikan dan menjauhkannya dari keburukan, kesengsaraan
dan penderitaan hidup. Tanpa bimbingan Allah, manusia akan melenceng dan jauh
dari jalan kebaikan serta dikuasai oleh hawa nafsu yang menjatuhkannya ke
jurang keburukan. Ini tidak akan terjadi pada orang yang merasakan
kehadiran-Nya. Wallahu a’lam.
*Nur Faridah
Penulis dan
pedagang di Jajan Buku
Republika, Rabu
27 Februari 2019
Komentar
Posting Komentar