Kurban Berbagi Kebahagiaan
Di antara hikmah penting Idul
Adha adalah memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Idul Adha tidak sekadar
upaya pendekatan diri kepada Allah atau meneladani sunah Nabi Ibrahim terhadap
putranya, Nabi Ismail, yang kemudian dikukuhkan menjadi syariat Islam oleh
Rasulullah. Jadi, pahala orang yang berkurban bukan karena semata-mata
mengikuti perintah Allah, namun juga karena pelakunya telah memberikan
kebahagiaan dan kegembiraan kepada orang lain melalui daging kurban yang diberikan.
Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah setelah amal wajib adalah
memberikan kebahagiaan kepada sesama muslim.” (HR ath-Thabrani). Beliau
menegaskan bahwa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, apalagi orang itu
adalah saudaranya sesama muslim, termasuk amal yang paling Allah cintai.
Pertama, hal tersebut merupakan
perwujudan rasa cinta kepada saudaranya sesama muslim. Kecintaan inilah yang
oleh Rasulullah sebut sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan lezatnya iman,
“Tiga hal yang jika dilakukan oleh seseorang, niscaya ia akan mendapatkan
lezatnya iman; pertama, mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari cintanya
kepada selain keduanya. Kedua, mencintai saudaranya karena Allah. Ketiga, benci
kembali kepada kekufuran setelah Allah mengentaskannya dari sana sebagaimana ia
benci dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR al-Bukhari)
Kedua, bentuk kepedulian dan
empati sosial. Kepedulian inilah yang oleh Allah sebut sebagai sikap saling
menolong di antara sesama dalam hal kebaikan. Allah berfirman, “Dan,
tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan; jangan kalian
tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (QS al-Ma’idah [5]: 2)
Idul Adha dengan demikian
mencakup dua ibadah sekaligus: ibadah mahdhah, pengabdian dan pendekatan diri
kepada Allah, dan ibadah sosial atau ghair mahdhah, yaitu kepedulian sosial. Peduli
kepada sesama manusia dan peduli kepada sesama saudara muslim. Kepedulian yang
membangkitkan kesadaran untuk mencintai sesama dan memberikan kebahagiaan.
Melalui pemberian daging kurban, di situ ada momen kebersamaan dan persaudaraan
yang dijalin dan tak putus, meski jarak sosial di masa pandemi ini agak
direnggangkan.
Jarak sosial memang harus
direnggangkan di situasi wabah saat ini. Tetapi, ikatan sosial dan persaudaraan
di antara sesama tidak boleh terputus. Dengan protokol kesehatan, kita bisa
menjalani Hari Raya Idul Adha dengan gembira, berbagi kebahagiaan dengan
sesama. Kita berdoa kepada Allah, semoga di Hari Raya Idul Adha berikutnya,
situasi kembali normal dan wabah berakhir. Wallahu a’lam.
*Republika, Rabu 21 Juli 2021
Komentar
Posting Komentar