Kunci Sukses Dakwah

DI antara kunci sukses dakwah Rasulullah adalah karakter pendakwah, yakni diri Rasulullah sendiri, dan cara atau metode berdakwah. Pribadi Rasulullah yang santun, ramah, pengasih, penyayang, dan tepercaya (al-amin), membuat orang-orang yang berpikir logis dan terbuka akan langsung menerima. Selain itu, cara penyampaian dakwah beliau yang sifatnya mengajak, bukan memaksa, membuat orang-orang masuk Islam dengan sukarela dan tulus.

Kepribadian Rasulullah sudah dikenal bahkan sebelum beliau menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada orang-orang. Masyarakat Mekkah telah mengetahui bahwa selain beliau punya nasab yang mulia, yakni Bani Hasyim, beliau juga tepercaya. Itu yang membuat, misalnya, orang-orang yang berseteru dalam soal peletakan Hajar Aswad di Kakbah, menyerahkannya kepada beliau. Itu pula yang membuat seorang saudagar perempuan kaya raya lagi janda, Khadijah binti Khuwailid, mempercayakan perdagangannya ke Syam kepada beliau. Bahkan, ia kemudian menikah dengan beliau.

Para penentang dakwah Rasulullah, yakni para pembesar Mekkah yang dikenal dengan mala’ Quraisy, sebenarnya mengetahui dan mengakui karakter beliau tadi. Namun, mereka dengki dan khawatir kedudukan atau derajat mereka akan turun di mata orang-orang kaya Mekkah dan Arab. Mereka juga merasa gengsi bila kemudian ikut Rasulullah yang kebanyakan pengikutnya berasal dari kaum dhuafa atau miskin. Mereka merasa kelas sosial mereka lebih tinggi dan tak pantas duduk bersama kaum dhuafa itu.  

Cara dakwah Rasulullah yang tak memaksa juga membuat orang-orang mengikuti beliau. Sesuai dengan kata “dakwah” yang berasal dari kata “da’a-yad’u-du’a wa dawah” yang berarti menyeru dan mengajak, dalam praktiknya itu pula yang dilakukan Rasulullah. Pertama-tama, beliau mengajak keluarga atau kerabat terdekatnya secara diam-diam. Kemudian, setelah beberapa orang kerabatnya masuk Islam, dan Allah menurunkan surah al-Muddatstsir yang memerintahkan beliau untuk berdakwah terang-terangan, beliau pun melakukannya. Beliau mengajak orang-orang Quraisy, terutama para mala’-nya, untuk masuk Islam, di tempat terbuka.

Dalam berdakwah, beliau selalu memegang firman Allah, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya, Tuhanmu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl [16]: 125). Hidayah adalah urusan Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Tugas Rasulullah hanya sebatas menyampaikan dengan cara yang baik.

Di era digital seperti saat ini, ketika ada begitu banyak media untuk berdakwah, misalnya televisi, media sosial, serta kanal Youtube dan sejenisnya, kita diingatkan kembali dengan model dakwah yang baik, yaitu dakwah yang sesuai dengan teladan Rasulullah. Dakwah yang tak hanya mengajak orang lain untuk menjadi baik, tetapi sosok si pendakwah itu sendiri mesti baik dulu karakternya dan konsisten dengan itu. Sehingga, orang-orang pun akan percaya dan akhirnya mengikuti apa yang disampaikan.

Dakwah yang membuat orang lari atau malah antipati justru akan tidak akan efektif dan membuahkan hasil positif. Allah berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS Ali ‘Imran [3]: 159). Wallahu a’lam

*Republika, Selasa 7 September 2021


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid