Kunci Sukses Dakwah
Kepribadian Rasulullah sudah
dikenal bahkan sebelum beliau menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada
orang-orang. Masyarakat Mekkah telah mengetahui bahwa selain beliau punya nasab
yang mulia, yakni Bani Hasyim, beliau juga tepercaya. Itu yang membuat,
misalnya, orang-orang yang berseteru dalam soal peletakan Hajar Aswad di
Kakbah, menyerahkannya kepada beliau. Itu pula yang membuat seorang saudagar
perempuan kaya raya lagi janda, Khadijah binti Khuwailid, mempercayakan
perdagangannya ke Syam kepada beliau. Bahkan, ia kemudian menikah dengan
beliau.
Para penentang dakwah
Rasulullah, yakni para pembesar Mekkah yang dikenal dengan mala’
Quraisy, sebenarnya mengetahui dan mengakui karakter beliau tadi. Namun, mereka
dengki dan khawatir kedudukan atau derajat mereka akan turun di mata
orang-orang kaya Mekkah dan Arab. Mereka juga merasa gengsi bila kemudian ikut
Rasulullah yang kebanyakan pengikutnya berasal dari kaum dhuafa atau miskin.
Mereka merasa kelas sosial mereka lebih tinggi dan tak pantas duduk bersama
kaum dhuafa itu.
Cara dakwah Rasulullah yang tak
memaksa juga membuat orang-orang mengikuti beliau. Sesuai dengan kata “dakwah”
yang berasal dari kata “da’a-yad’u-du’a wa da’wah” yang berarti menyeru
dan mengajak, dalam praktiknya itu pula yang dilakukan Rasulullah.
Pertama-tama, beliau mengajak keluarga atau kerabat terdekatnya secara diam-diam.
Kemudian, setelah beberapa orang kerabatnya masuk Islam, dan Allah menurunkan
surah al-Muddatstsir yang memerintahkan beliau untuk berdakwah terang-terangan,
beliau pun melakukannya. Beliau mengajak orang-orang Quraisy, terutama para mala’-nya,
untuk masuk Islam, di tempat terbuka.
Dalam berdakwah, beliau selalu
memegang firman Allah, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula.
Sesungguhnya, Tuhanmu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS an-Nahl [16]: 125). Hidayah adalah urusan Allah. Dia
memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Tugas Rasulullah hanya
sebatas menyampaikan dengan cara yang baik.
Di era digital seperti saat ini,
ketika ada begitu banyak media untuk berdakwah, misalnya televisi, media
sosial, serta kanal Youtube dan sejenisnya, kita diingatkan kembali dengan
model dakwah yang baik, yaitu dakwah yang sesuai dengan teladan Rasulullah.
Dakwah yang tak hanya mengajak orang lain untuk menjadi baik, tetapi sosok si
pendakwah itu sendiri mesti baik dulu karakternya dan konsisten dengan itu.
Sehingga, orang-orang pun akan percaya dan akhirnya mengikuti apa yang
disampaikan.
Dakwah yang membuat orang lari
atau malah antipati justru akan tidak akan efektif dan membuahkan hasil positif.
Allah berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS Ali ‘Imran [3]:
159). Wallahu a’lam.
*Republika, Selasa 7 September 2021
Komentar
Posting Komentar