Husnul Khatimah

SETIAP manusia akan mati. Tetapi, jenis kematiannya tidak sama. Dalam Islam dikenal ada dua jenis kematian, yakni husnul khatimah (akhir yang baik) dan su’ul khatimah (akhir yang buruk). Ciri utama mati husnul khatimah adalah mati dalam keadaan beriman dan berislam. Beriman berarti meyakini Allah sebagai Tuhan atau bertauhid, sementara berislam adalah komitmen menjalankan ajaran Islam, baik dalam perkataan maupun perbuatan, atau tunduk dan pasrah kepada Allah. 

Dalam hadis, Rasulullah bersabda, “Sesuatu telah datang kepadaku dari Tuhanku, memberitahuku dan menyampaikan kabar gembira kepadaku bahwa barang siapa yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, maka ia masuk surga.” (HR al-Bukhari). Masuk surga berarti tanda bahwa Allah meridai dan merahmatinya, karena akhir hayatnya di dunia dalam kondisi beriman dan berislam. 

Mati husnul khatimah bisa terjadi, misalnya, pada seseorang yang mati dalam kondisi beribadah kepada Allah, atau tengah melakukan amal saleh. Memang hanya Allah yang Mahatahu kondisi hakiki kematian manusia, apakah dalam kondisi husnul khatimah atau su’ul khatimah. Namun, kita bisa melihat tanda-tanda atau isyarat secara kasat mata, meski kita tak dapat memastikan demikian adanya. Karena itu, pada setiap orang yang mati, kita hanya dianjurkan untuk berprasangka baik dan mendoakan kebaikan. Urusan hakiki hanya yang bersangkutan dengan Allah saja. 

Pada setiap kematian yang kita saksikan, kita lebih ditekankan untuk mengambil pelajaran atau ibrah sebagai bahan introspeksi diri kita untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak akhir hayat kita juga baik. Kematian seseorang yang kita lihat secara kasat mata sebagai mati husnul khatimah kita jadikan sebagai motivasi untuk meneladani kebaikan-kebaikan dari orang yang mati itu. Sementara kematian yang secara kasat mata kita lihat sebagai su’ul khatimah, kita jadikan pelajaran untuk tidak melakukan keburukan, sehingga kita terhindar dari kematian su’ul khatimah di akhir hayat kita. 

Ada begitu banyak orang-orang saleh yang mati husnul khatimah yang dapat kita jadikan motivasi untuk meneladani dan meningkatkan amal saleh kita. Selain Rasulullah, misalnya, ada para sahabat, tabiin, dan tabi’ tabiin, serta ulama-ulama saleh yang teguh pendirian di jalan yang lurus, dari setiap generasi. Murid-murid atau orang-orang yang hidup pada zaman mereka, telah memberikan kesaksian akan kesalehan mereka. Itu sudah cukup bagi kita untuk melakukan hal yang sama, sehingga akhir hayat kita juga husnul khatimah seperti halnya mereka. 

Jadi, kita tak perlu membebani pikiran kita dengan dugaan-dugaan yang sesungguhnya tidak dapat kita pastikan kebenarannya, ketika ada orang yang mati di sekitar kita. Daripada sibuk untuk itu, selain lebih baik diam, atau hanya membicarakan kebaikan, juga melihat diri kita sendiri, apakah yang telah kita lakukan selama ini sudah baik atau belum. Karena, apa yang akan kita lakukan, kelak akan menentukan kondisi kita ketika mati, apakah husnul khatimah atau su’ul khatimah di mata Allah. 

Kita tentunya sangat berharap dapat mati husnul khatimah, yang berarti mati dalam kondisi beriman dan berislam. Untuk mendapatkan itu, kita harus komitmen penuh kepada Allah, setelah bersyahadat adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi apa yang Dia larang, dengan sepenuh hati dan ikhlas semata-mata karena Allah dan mengharapkan rahmat-Nya. Wallahu a’lam.  

*Republika, Kamis 29 September 2022



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid