Jangan Berkecil Hati

MANUSIA sering kali membanding-bandingkan miliknya dengan milik orang lain. Sering kali, hal ini bukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sendiri, melainkan untuk mencari-cari kesalahan, menggunjing, hingga tahap mendengki, bahkan memfitnah orang lain dengan sesuatu yang sesungguhnya tak benar. Akibatnya, orang lain selalu dilihat dari perspektif negatif tanpa pernah berusaha untuk berpikir positif dan mengintrospeksi diri. 

Kita sering kali mempertanyakan, kenapa rezeki kita, misalnya, sedikit, bahkan seret, sementara rezeki orang lain terlihat begitu gampang didapat, bahkan mengalir tak henti-hentinya. Bukannya kita berusaha mengintrospeksi diri, kita sering kali malah menuding orang lain itu dengan hal-hal buruk atau negatif. Padahal, sejatinya kita tak pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Hanya Allah yang Mahatahu. 

Islam melarang kita untuk berprasangka buruk terhadap orang lain, apalagi sampai mendengki, memfitnah, dan mencelakakannya. Sebaliknya, Islam mendorong kita untuk melihat diri kita sendiri, mengintrospeksi diri, dan berprasangka baik terhadap orang lain. Keberhasilan atau kesuksesan orang lain sudah seyogianya menjadi pelecut kita untuk juga berusaha atau berikhtiar maksimal sembari berdoa kepada Allah semoga diberi rezeki yang juga lancar dan melimpah, bukan malah sibuk dengan urusan orang lain yang bisa jadi sama sekali tak kita kenal. 

Kita tak perlu berkecil hati ketika melihat keberhasilan atau kesuksesan orang lain. Pasalnya, Allah sudah menetapkan rezeki setiap orang, dan itu berbeda-beda. Kita sering kali lupa bahwa rezeki Allah tak selalu berupa materi. Kesehatan, keselamatan, ketenangan, keamanan, dan seterusnya, itu sesungguhnya adalah rezeki juga. Itu adalah karunia Allah kepada kita yang bisa jadi tidak ada pada orang lain yang kita lihat hidup sejahtera. Dengan demikian, kita lebih ditekankan untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki. 

Agar kita tak pernah berkecil hati atau iri hati dengan pencapaian orang lain yang menurut kita ideal, Rasulullah memberikan arahan dalam hadisnya, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah dunia/harta) dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena hal itu lebih patut agar kamu tidak meremahkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR al-Bukhari dan Muslim) 

Arahan ini tak lain bertujuan agar manusia tak terus-menerus merasa kurang, sehingga tak pernah bersyukur kepada Allah atau menyadari karunia-Nya pada dirinya. Karena, ternyata ada orang lain yang bisa jadi lebih kesusahan dibanding kita. Dengan melihat kepada orang seperti itu, kita akan menyadari betapa sesungguhnya Allah menyayangi kita. Kita bisa saja terpukau dengan keberhasilan orang lain, tetapi jangan berhenti di situ. Kita juga harus melihat kegagalan orang lain juga, sehingga kita tak merasa dunia telah berakhir. 

Dengan melihat orang di bawah kita dalam hal harta duniawi, kita terdorong untuk bersyukur yang itu sejatinya adalah kunci pembuka bagi kita untuk mendapatkan karunia yang lebih daripada yang kita dapatkan saat ini. Itulah yang dijanjikan oleh Allah, “Jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan nikmat-Ku untuk kalian. Namun, jika kalian kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7) 

Oleh karena itu, sesulit apa pun rezeki kita dapatkan, atau seberat apa pun beban hidup kita, jangan sampai kita berkecil hati atau putus asa. Ketika kita yakin Allah dekat dan menyayangi kita, Dia tak akan pernah membiarkan kita menderita atau kesusahan. Kita hanya perlu bersyukur kepada-Nya. Wallahu a’lam.  

*Republika, Kamis 15 September 2022



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid