Bencana yang Menyadarkan

BENCANA alam sering kali datang secara tiba-tiba tanpa kita duga-duga. Padahal, Allah sudah banyak memperingatkan perihal bencana ini tidak hanya dalam ayat-ayat Alquran (ayat quraniyah), tetapi juga dalam ayat-ayat alam (ayat kauniyah). Dalam ayat quraniyah, kita diceritakan perihal banjir besar pada zaman Nabi Nuh akibat umatnya ingkar. Juga gempa bumi yang terjadi di zaman Nabi Saleh, Nabi Luth, dan Nabi Syuaib, yang disebabkan oleh umat mereka yang ingkar dan menentang kebenaran dari Allah. 

Adapun dalam ayat kauniyah, kita dapat membaca buku-buku sejarah dunia yang berisi bencana alam di masa lalu, atau kita baca dan lihat di sejumlah berita, peristiwa bencana alam tragis yang menewaskan banyak orang. Misalnya, bencana tsunami, gunung meletus, banjir bandang, dan baru-baru ini gempa bumi di negeri ini yang membuat lebih kurang ratusan orang meninggal. Untuk kita yang tidak mengalami bencana itu, tentu saja menjadi pelajaran bagi kita untuk waspada dan menyadari apa yang telah kita lakukan terhadap lingkungan. 

Alquran mengategorikan bencana menjadi dua. Pertama, bencana yang sulit dicegah tetapi bisa dilakukan tindakan untuk meminimalisasi dampaknya. Kedua, bencana akibat ulah tangan jahat manusia. Untuk yang pertama, Alquran menyebutkan bahwa bencana ini sudah tertulis di Lauh Mahfuzh, “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS al-Hadid [57]: 22) 

Adapun tentang bencana kategori kedua yang disebabkan oleh ulah jahat manusia, Allah berfirman, “Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy-Syura [42]: 30). Pada ayat lain, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Rum [30]: 41) 

Eksploitasi yang berlebihan terhadap alam membuat alam bergerak mencari keseimbangannya sendiri. Penggundulan hutan, misalnya, akibat aktivitas penebangan hutan tanpa reboisasi dan pengendalian menyebabkan air dari atas ke bawah meluncur deras tanpa tercegah apa pun. Ironisnya, yang menjadi korban bencana semacam itu sesungguhnya adalah orang-orang yang tak terlibat dalam aktivitas jahat dan buruk tadi. Allah sudah mewanti-wanti hal ini, “Dan peliharalah dirimu dari fitnah (siksa, bencana, musibah) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS al-Anfal [8]: 25) 

Kedua jenis bencana itu sudah seyogianya menyadarkan kita untuk ingat Allah dan menaati-Nya. Kita dekatkan diri kepada-Nya, memohon kepada-Nya untuk menghindarkan kita dari hal-hal buruk, salah satunya dari bencana alam. Selain itu, bencana alam mendorong kita untuk menjaga kelestarian alam dan tidak merusaknya. Karena, pada hakikatnya, kita adalah bagian dari alam ciptaan Allah. Ketika kita menjaga alam, alam pun akan menjaga kita. Demikianlah sunatullah atau ketentuan Allah. Wallahu a’lam.  

*Republika, Selasa 6 Desember 2022


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid