Beramal Tanpa Terlihat Orang
Rasulullah dalam hadisnya bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik, bertakwa, dan beramal (beribadah) secara sembunyi-sembunyi, yakni mereka yang apabila tidak berada di kumpulan orang-orang tidak ada yang merasa kehilangan mereka, dan apabila mereka berada di kumpulan orang-orang tidak ada seorang pun yang mengenali atau mengetahui mereka. Hati mereka adalah pelita-pelita yang menunjukkan jalan. Mereka keluar dari setiap kesulitan/musibah berat yang mereka alami.” (HR Ibnu Majah)
Pada hadis ini, Rasulullah mengungkapkan bahwa manusia yang dicintai Allah adalah ia yang dalam beramal dan beribadahnya tidak ingin diketahui atau dilihat oleh orang-orang. Beliau menggambarkan manusia yang demikian dengan sangat indahnya, yakni seolah-olah manusia tersebut tidak terlihat orang; ketika ia tidak ada, orang-orang tidak merasa kehilangan, dan jika ia ada, tidak ada seorang pun yang mengenalinya.
Itulah manusia yang beramal secara sembunyi-sembunyi demi menghindari sikap pamer amal, karena orientasi amalnya bukanlah untuk mengharapkan sesuatu dari makhluk, namun dari sang Khalik, yakni Allah. Ia pun akhirnya menjadi manusia yang berhati terang penuh cahaya yang menyinari, tidak hanya dirinya, namun juga orang lain. Allah mencintainya, sehingga segala kesulitan/musibah seberat apa pun dapat diatasinya dengan begitu mudahnya.
Itulah manusia mulia. Tidak hanya cinta yang Allah berikan, namun juga pahala ganda. Seorang Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapat Anda tentang seseorang yang beramal (beribadah) dan ia menyembunyikannya (tidak terang-terangan), dan apabila amal itu terlihat orang lain, ia segera menyembunyikannya?” Rasulullah SAW menjawab, “Orang itu mendapat pahala ganda: pahala karena ia beramal sembunyi-sembunyi dan pahala karena amalnya telah terlihat orang lain.” (HR Ibnu Hibban)
Pahala pertama diberikan karena ia beramal secara sembunyi-sembunyi, dan pahala kedua diberikan karena ia beramal tanpa niat pamer di hadapan orang-orang. Sufyan bin Uyainah menyebutkan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amal kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amal kejelekanmu.” Sementara itu al-Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan manusia.”
Tentu saja beramal terang-terangan tidaklah terlarang asalkan ikhlas. Beberapa amal memang harus ditampakkan sebagai syiar Islam, misalnya shalat berjamaah, bersedekah dengan tujuan untuk memotivasi orang lain, beribadah haji, dan lain-lain. Beramal tanpa terlihat orang akan lebih menjauhkan seseorang dari riya, karena bagaimana akan riya, orang lain saja tak melihatnya. Wallahu a’lam.
*Republika, Sabtu 10 Juni 2023
Komentar
Posting Komentar