Mendoakan Kebaikan
Hanya Allah Yang Mahakuat dan
Mahasempurna. Karena itu, manusia perlu berdoa kepada-Nya agar dibantu atau
ditolong menghadapi berbagai kesulitan hidup yang tak kuasa dia hadapi. Juga
mendoakan orang lain dengan kebaikan. Nabi bersabda, “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan
kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan
malaikat akan berkata, ‘Dan
bagimu juga kebaikan yang sama.’” (HR Muslim)
Doa itu sendiri oleh Rasulullah disebut sebagai mukh al-‘ibadah
(otaknya ibadah), “Doa itu adalah otaknya ibadah.” (HR at-Tirmidzi).
Maksudnya, inti dari ibadah, karena orang yang berdoa sesungguhnya tengah
melakukan koneksi langsung dengan Allah, Tuhannya. Koneksi ini menggambarkan
kesadaran manusia akan perlunya ia kepada Allah. Dan, ketika manusia sudah
memerlukan Allah, berarti ia sudah menyadari posisi dirinya sebagai makhluk
yang berkewajiban untuk mengabdi kepada-Nya. Pengabdian inilah hakikat dari
ibadah.
Allah telah berjanji mengabulkan
setiap doa hamba-hamba-Nya. Allah berfirman, “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah [2]: 186)
Karena itu, kita dilarang untuk
mendoakan keburukan terhadap orang lain, bahkan jika orang itu menyakiti kita.
Kita serahkan balasan atas keburukan orang lain terhadap kita, hanya kepada
Allah. Hanya Allah yang berhak memberikan balasan yang setimpal terhadapnya.
Nabi bersabda, “Jangan mendoakan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu
atau pelayan-pelayanmu atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok
dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula doamu.” (HR Ibnu Khuzaimah)
Kita harus tetap mendoakan
kebaikan kepada orang lain, apa pun yang orang lain lakukan terhadap kita.
Seperti diteladankan Nabi, ketika beliau berdakwah di Thaif, beliau disambut
ejekan, caci-maki, celaan, umpatan, bahkan hingga mencederai fisik. Beliau
dilempari batu hingga kepalanya berdarah. Meski begitu, beliau tetap berdoa
kebaikan untuk mereka, “Ya Allah, berilah hidayah kepada mereka, karena
sesungguhnya mereka tidak tahu.” (HR al-Baihaqi dari Abdullah bin Ubaid)
Dengan mendoakan kebaikan, kita
berharap diri kita dan orang lain selalu dilimpahi kebaikan oleh Allah. Dengan
mendoakan kebaikan pula, kita berharap dapat segera menyadari keburukan yang
kita dan orang lain lakukan, kemudian mengubahnya menjadi kebaikan. Wallahu
a’lam.
*Republika, Rabu 20 Juli 2022
Komentar
Posting Komentar