Mendoakan Kebaikan

MANUSIA pada hakikatnya adalah makhluk yang lemah dan tak sempurna di mata Allah. Allah berfirman, “Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.’” (QS an-Nisa’ [4]: 28). Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Thariq al-Hijratain menafsirkan, kelemahan di sini mencakup semuanya secara umum. Manusia lemah badan, lemah kekuatan, lemah keinginan, lemah ilmu pengetahuan, dan lemah kesabaran. 

Hanya Allah Yang Mahakuat dan Mahasempurna. Karena itu, manusia perlu berdoa kepada-Nya agar dibantu atau ditolong menghadapi berbagai kesulitan hidup yang tak kuasa dia hadapi. Juga mendoakan orang lain dengan kebaikan. Nabi bersabda, “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, Dan bagimu juga kebaikan yang sama.’” (HR Muslim)

Doa itu sendiri oleh Rasulullah disebut sebagai mukh al-‘ibadah (otaknya ibadah), “Doa itu adalah otaknya ibadah.” (HR at-Tirmidzi). Maksudnya, inti dari ibadah, karena orang yang berdoa sesungguhnya tengah melakukan koneksi langsung dengan Allah, Tuhannya. Koneksi ini menggambarkan kesadaran manusia akan perlunya ia kepada Allah. Dan, ketika manusia sudah memerlukan Allah, berarti ia sudah menyadari posisi dirinya sebagai makhluk yang berkewajiban untuk mengabdi kepada-Nya. Pengabdian inilah hakikat dari ibadah.

Allah telah berjanji mengabulkan setiap doa hamba-hamba-Nya. Allah berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah [2]: 186)

Karena itu, kita dilarang untuk mendoakan keburukan terhadap orang lain, bahkan jika orang itu menyakiti kita. Kita serahkan balasan atas keburukan orang lain terhadap kita, hanya kepada Allah. Hanya Allah yang berhak memberikan balasan yang setimpal terhadapnya. Nabi bersabda, “Jangan mendoakan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula doamu.” (HR Ibnu Khuzaimah) 

Kita harus tetap mendoakan kebaikan kepada orang lain, apa pun yang orang lain lakukan terhadap kita. Seperti diteladankan Nabi, ketika beliau berdakwah di Thaif, beliau disambut ejekan, caci-maki, celaan, umpatan, bahkan hingga mencederai fisik. Beliau dilempari batu hingga kepalanya berdarah. Meski begitu, beliau tetap berdoa kebaikan untuk mereka, “Ya Allah, berilah hidayah kepada mereka, karena sesungguhnya mereka tidak tahu.” (HR al-Baihaqi dari Abdullah bin Ubaid)

Dengan mendoakan kebaikan, kita berharap diri kita dan orang lain selalu dilimpahi kebaikan oleh Allah. Dengan mendoakan kebaikan pula, kita berharap dapat segera menyadari keburukan yang kita dan orang lain lakukan, kemudian mengubahnya menjadi kebaikan. Wallahu a’lam

*Republika, Rabu 20 Juli 2022


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid