Tenang dengan Shalat
ADA suatu masa ketika seseorang
dihadapkan dengan problem hidup yang dia rasakan berat dan sulit. Pada titik
tertentu, problem itu membuat pikiran dan jiwanya tertekan, depresi dan stres.
Situasi terkadang menjadi lebih buruk dan berbahaya bagi diri sendiri dan orang
lain. Kesibukan dunia memang sering kali membuat seseorang mengalami hal
seperti itu. Nabi SAW sesungguhnya telah memberikan resep mujarab agar situasi
semacam itu tidak berkembang ke hal-hal negatif yang tak diinginkan, yakni
dengan mengerjakan shalat.
Nabi SAW selain sebagai rasul,
beliau juga adalah manusia biasa seperti halnya yang lain. Beliau juga
melakukan aktivitas keduniaan, seperti berdagang atau berusaha mencari nafkah
untuk dirinya dan keluarganya. Sebagaimana manusia lainnya, ketika intensitas
aktivitas keduniaan beliau makin meningkat, beliau juga kerap kali merasa lelah
dan ingin beristirahat menenangkan pikiran dan jiwanya agar tetap terkontrol
dan kondusif. Dalam hadis disebutkan, jika Nabi SAW tertimpa suatu masalah yang
berat maka beliau segera mengerjakan shalat (HR Abu Dawud).
Nabi SAW disebutkan juga kerap
kali menyuruh sahabatnya, Bilal bin Rabah, untuk mengumandangkan azan shalat
ketika beliau merasa telah terlalu tersibukkan dengan urusan duniawi sehingga
membuat beliau letih, “Wahai Bilal, berdirilah, lantunkan azan dan
istirahatkanlah kita dengan shalat.” (HR Abu Dawud). Dalam hadis lain, Nabi SAW
mengatakan, “Sesungguhnya shalat dijadikan untukku sebagai penenang hati.” (HR
an-Nasa’i)
Shalat dapat menenangkan hati,
pikiran dan jiwa yang gundah, juga fisik yang letih akibat tenaga terlalu
banyak diforsir. Karena, dalam shalat seseorang sejatinya tengah menghadap
Allah SWT, meninggalkan sejenak kesibukan duniawi untuk memberikan kesempatan
bagi ruhani atau jiwanya untuk berkomunikasi dengan-Nya. Shalat adalah ibadah
yang berisi zikir (mengingat Allah) dan doa kepada Allah SWT. Shalat itu
sendiri secara bahasa artinya doa. Dalam Alquran, zikir disebutkan dapat
membuat hati menjadi tenang, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram.” (QS ar-Ra’d [13]: 28)
Dalam hadis, Nabi SAW
mengatakan, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah
(masjid) yang di situ mereka membaca Kitabullah (Alquran) dan saling
mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan,
diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan
menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya.” (HR Muslim)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam
kitab Asrar ash-Shalah mengatakan bahwa dalam shalat hati dan raga seorang
hamba bersama-sama menghadap Allah. Seluruh bagian tubuhnya bergerak
menunjukkan kerendahan diri sebagai hamba, sementara hatinya terhubung
kepada-Nya. Karena itu, semua bagian tubuh dan hati hamba yang shalat akan
mendapatkan bagian kebaikan dari Allah. Hanya saja, hati hamba yang shalat akan
mendapatkan imbalan yang lebih baik, lebih sempurna, dan lebih besar dibanding
yang didapatkan bagian tubuhnya. Sebab, ia menghadap kepada Tuhannya, senang
dan bahagia berada dekat dengan-Nya. Ia juga menikmati rindu dan cinta
kepada-Nya. Ia merasakan kenikmatan penuh saat berdiri di hadapan-Nya.
Ketika seseorang tenggelam dalam
shalatnya, sibuk mengingat Allah dan berdoa penuh harap, hati pun menjadi
tenteram, dada menjadi lapang, pikiran menjadi tenang, fisik pun segar kembali.
Selesai shalat, ia pun bisa kembali beraktivitas keduniaan dengan baik. Segala
problem dan kesulitan yang sebelumnya membebani pun menjadi terasa ringan. Ini
terjadi tentunya jika shalat dikerjakan dengan benar, sesuai petunjuk Nabi SAW
dan khusyuk, menyerahkan jiwa dan raga sepenuhnya kepada Allah dengan
merendahkan diri dan ikhlas di hadapan-Nya. Wallahu a’lam.
*Nur Faridah
Penulis dan pedagang di Jajan Buku
Penulis dan pedagang di Jajan Buku
Republika, Selasa 9
Januari 2018
Komentar
Posting Komentar