Bebaskan RI dari Diskriminasi


Judul : Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi
Penulis : Denny J.A.
Penerbit : Inspirasi.co
Terbit : 2014
Tebal : xxviii+336 halaman

SEMUA berawal dari mimpi. Tetapi, jika mimpi tak diperjuangkan dengan sungguh- sungguh ia tak akan jadi nyata. Dunia tanpa diskriminasi adalah mimpi dan untuk mewujudkannya diperlukan perjuangan berat, panjang, dan melelahkan.

Tidak jarang jatuh korban jiwa yang tak sedikit dalam perjalanannya. Tetapi, sejarah membuktikan bahwa di pelbagai belahan dunia mimpi itu sudah menjadi nyata setelah bertahun-tahun, bahkan ada yang ratusan tahun mimpi itu diperjuangkan. Di Amerika misalnya diskriminasi agama di antara umat Katolik dengan umat Protestan yang melahirkan konflik berkepanjangan hingga puncaknya terjadi perang selama tiga puluh tahun (1618-1648) akhirnya berakhir lewat Perjanjian Westphalia pada 1648.

Diskriminasi terhadap orang kulit hitam di Amerika juga berhasil dihilangkan. Puncaknya adalah terpilihnya Barack Obama sebagai orang kulit hitam pertama yang menjadi presiden Amerika (2009). Diskriminasi terhadap kaum perempuan dalam soal pekerjaan juga berhasil dihilangkan di Amerika melalui serangkaian perjuangan gerakan feminisme.

Melalui buku ini, Denny J.A. coba bermimpi tentang Indonesia yang bebas diskriminasi karena faktanya diskriminasi juga terjadi dan cukup kuat berakar di negeri ini serta terus dilestarikan hingga hari ini. Akibatnya bisa dilihat konflik dan kekerasan cukup sering terjadi. Kekerasan terhadap umat beragama lain, terhadap umat beragama sama, tetapi berkeyakinan beda, terhadap ras atau etnis, terhadap perempuan, juga terhadap kaum yang berorientasi seksual beda.

Dari kekerasan yang berskala rendah (membenci, mencurigai, dan merendahkan) sampai berskala besar (meneror, menyakiti fisik, mengusir, dan membunuh). Menurut Denny, ada lima alasan kenapa Indonesia perlu bebas dari diskriminasi tadi. Pertama, alasan survival . Indonesia tak bisa bertahan sebagai kesatuan jika selalu terjadi kekerasan primordial. Kedua, alasan ideologi, konsep ideal Indonesia.

Kita telah memilih menjadi satu Indonesia yang beragam, bukan Indonesia yang terpecah dalam aneka negara kecil yang seragam. Ketiga, alasan bahwa demokrasi memerlukan kebebasan sipil dengan prinsip menghormati kesetaraan warga negara. Keempat, peradaban modern adalah peradaban nondiskriminasi. Kelima, Indonesia adalah laboratorium demokrasi negara muslim.

Buku Denny menarik karena selain memaparkan sejumlah data survei tentang diskriminasi yang ada di Indonesia dan di dunia serta pelbagai penyebabnya (model sosiologis, model kosmopolitanisme, model ekonomi politik, dan model nilai demokrasi), oleh lembaga-lembaga survei yang kredibel, juga menyodorkan teori untuk melakukan perubahan menuju

Indonesia tanpa diskriminasi yang diformulasikan Denny dengan rumus: ND = 55%I + 45A. ND adalah Nondiskriminasi (kondisi/ level diskriminasi/nondiskriminasi/ toleransi di sebuah wilayah); I adalah infrastruktur; dan A adalah action para aktor. Kondisi Nondiskriminasi (ND) di suatu wilayah atau negara ditentukan oleh aspek struktural dan tindakan aktif dari aktor.

Aspek infrastruktur sosial (I) dan aktor (A) menurut Denny harus dilihat sebagai dua hal yang saling berkaitan dan saling memengaruhi satu sama lain. Mengutip Anthony Giddens, hubungan tersebut dilihat sebagai proses strukturasi. Strukturasi melihat bahwa struktur dan agen (aktor) sebagai dua hal yang sama-sama penting dan saling berhubungan satu sama lain. Individu hidup dalam suatu struktur tertentu yang bisa membentuk individu, tetapi pada saat yang bersamaan individu juga bisa mengubah struktur tersebut.

Di bagian akhir buku ini, Denny memberikan roadmap untuk menciptakan Indonesia tanpa diskriminasi yang dibagi dalam langkah jangka pendek, menengah, dan panjang. Pada jangka pendek, memastikan semua aturan dan produk hukum mempunyai semangat antidiskriminasi, dari konstitusi UUD 1945 hingga peraturan daerah. Pada jangka menengah, perlu dipastikan bahwa semua regulasi yang melarang praktik diskriminasi bisa diimplementasikan oleh aparat negara yang tepercaya.

Langkah jangka panjang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan diskriminasi tidak langsung. Diskriminasi jenis ini umumnya sulit dihilangkan karena lahir dari pandangan, keyakinan, dan stereotip keliru masyarakat terhadap kelompok tertentu.

Diskriminasi dalam bentuk dan terhadap apa pun memang harus segera diakhiri karena berlawanan dengan prinsip hak asasi manusia (HAM) yang menghormati kebebasan dan kesetaraan, juga kontraproduktif dengan cita-cita kemajuan di samping tentu saja akan menciptakan ketimpangan sosial dan rawan melahirkan konflik dan kekerasan yang tak jarang berujung pada korban jiwa.

Tapi, harus diakui perjuangan untuk mewujudkan Indonesia tanpa diskriminasi dipastikan akan menemui jalan terjal, berat, dan panjang. Tetapi, tidak ada yang tidak mungkin. Perubahan memang perlu waktu dan harus melalui proses tak mudah, apalagi dalam diskriminasi.

Karya Denny ini sangat berharga bagi bangsa ini untuk mengingatkan dan mendorong semua pihak untuk peduli dan bahu-membahu menghapus diskriminasi di bumi Indonesia.

*Nur Faridah
Koran Sindo, 1 Juni 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid