Ayat Kursi



DALAM kitab Khawashul Quran karya al-Ghazali disebutkan, Ibnu Qutaibah menuturkan bahwa seorang laki-laki Bani Ka’ab pernah memasuki kota Basrah untuk menjual kurma, tetapi belum juga menemukan tempat untuk berjualan. Lama mencari, akhirnya ia menemukan sebuah rumah yang sudah lusuh dan dipenuhi sarang laba-laba. Laki-laki itu kemudian bertanya kepada orang di sekitarnya, “Apakah rumah ini ada pemiliknya?” Orang itu menjawab, “Ya, ada.” Orang itu lalu menunjukkan si pemilik rumah tersebut. Laki-laki itu pun bergegas menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah si pemilik rumah tadi, laki-laki itu bertanya, “Maukah engkau menyewakan rumah tersebut kepadaku?” Si pemilik rumah menjawab, “Boleh, tetapi hati-hatilah. Rumah itu dihuni jin Ifrit jahat. Setiap orang yang masuk ke dalamnya selalu mengalami nasib buruk dan celaka.” Laki-laki itu pun berkata, “Sewakanlah kepadaku, aku siap menempati rumah itu bersamanya. Semoga Allah menolong dan melindungiku dari kejahatannya.” Dengan perasaan khawatir, si pemilik rumah itu pun mengizinkannya menempati rumah itu.

Laki-laki itu pun masuk dalam rumah tadi, lalu membersihkannya. Saat malam tiba, ada sesosok makhluk hitam legam dengan sorot mata merah menyala seperti obor melihatnya tajam. Laki-laki itu pun membaca ayat Kursi. Namun, setiap kali ia membaca ayat Kursi itu, makhluk tersebut juga mengikutinya. Laki-laki itu terus membaca ayat Kursi hingga makhluk itu menghilang. Selanjutnya, ia pun bisa tidur dengan tenang. Pagi harinya, ia menemukan bekas bakaran dan abu di tempat kejadian semalam. Ia pun menanyakan kepada orang di sekitarnya. Mereka menanggapi, “Engkau telah membakar jin Ifrit! Dengan apa engkau melakukannya?” Laki-laki itu pun menceritakan kejadian semalam.

Dalam kisah lain, Abu Hurairah pernah diserahi Nabi tugas menjaga gudang harta zakat fitrah. Tiga malam berturut-turut, ia kedatangan pencuri yang mengambil sesuatu dari gudang itu. Tiga kali pula pencuri itu berhasil kepergok dan ditangkap Abu Hurairah, tetapi kemudian dilepaskan, karena pencuri itu berjanji tidak akan mencuri lagi. Selain itu, pencuri itu mengaku sebagai orang miskin. Di malam ketiga, pencuri itu datang lagi, dan kembali kepergok dan ditangkap Abu Hurairah. Kali ini, sebelum dilepaskan lagi, si pencuri menyarankan Abu Hurairah untuk membaca ayat Kursi agar dijaga Allah dan tidak didekati setan sampai pagi hari.

Pagi harinya, seperti dua pagi sebelumnya, Abu Hurairah melaporkan kepada Nabi perihal pencuri tadi, juga menceritakan saran pencuri tersebut perihal ayat Kursi. Beliau kemudian berkata, “Apa yang disarankannya itu benar. Namun, tahukah kamu siapa sesungguhnya pencuri itu? Ia adalah setan yang menyerupai manusia. Ia sejatinya makhluk pendusta besar.” (HR al-Bukhari)

Dengan membaca ayat Kursi di malam hari, seseorang akan terhindar dari hal buruk. Karena, pada ayat itu dikatakan bahwa Allah Mahahidup, terus mengurus makhluk-Nya, serta tidak pernah mengantuk apalagi tidur. Dia juga mengetahui semua hal di dunia ini. Dia sama sekali tidak berat menjaga ciptaan-Nya. Ayat ini menegaskan keberadaan-Nya yang mahakuat tak tertandingi. Dialah yang layak dimohonkan perlindungan. Manusia sejatinya makhluk lemah, sehingga tak ada yang perlu disombongkan. Allah berfirman dalam hadis qudsi, “Kemuliaan adalah sarung-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku. Barang siapa yang mencabut salah satunya dari-Ku, Aku pasti menghukumnya.” (HR Muslim). Wallahu a’lam.

*Nur Faridah
Republika, 2 Oktober 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Bencana

Pejabat Amanah Antikorupsi

Hati Terpaut Masjid