Amal Paling Dicintai Allah
ALLAH SWT berfirman, “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan
kepada kedua orang tuanya.” (QS al-‘Ankabut [29]: 8).
Salah satu kewajiban mukmin adalah berbakti kepada kedua orang tuanya, setelah berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam hadis disebutkan, berbakti kepada kedua orang tua termasuk amal yang paling utama. Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Amal apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat waktunya.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Adapun di antara kedua orang tua itu, yang lebih harus dibakti adalah ibu. Dalam hadis disebutkan, Abu Hurairah bercerita: Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab lagi, “Ibumu.” “Kemudian, siapa lagi.” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR al-Bukhari)
Ibu memang sosok yang paling berjasa. Tidak hanya saat mengandung kita di dalam perutnya selama lebih kurang sembilan bulan, melahirkan kita dengan rasa sakit yang luar biasa, tetapi juga saat memberi kita asupan ASI selama lebih kurang dua tahun yang sangat menyehatkan sehingga kita tumbuh dengan baik. Betapa durhakanya kita jika sampai menyakiti hati ibu, tidak merawat ibu pada saat usia senjanya, apalagi saat di usia itu ibu sakit-sakitan.
Nabi bersabda, “Sungguh celaka! Sungguh celaka! Sungguh celaka! Orang yang sempat menemui kedua orang tuanya di kala usia tua, baik salah satu atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat masuk surga (sebab tidak berbakti kepada orang tuanya).” (HR Muslim)
Saking besarnya jasa ibu, satu amal baik seseorang terhadap ibunya belum dapat membandingi jasa ibu. Dalam kitab al-Kaba’ir karya Imam adz-Dzahabi, dikisahkan, suatu hari Ibnu Umar melihat seorang yang menggendong ibunya sambil tawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lalu bertanya kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapat Anda, apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi, kamu sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan itu.” Wallahu a’lam.
*Nur Faridah
Republika, 30 Agustus 2016
Salah satu kewajiban mukmin adalah berbakti kepada kedua orang tuanya, setelah berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam hadis disebutkan, berbakti kepada kedua orang tua termasuk amal yang paling utama. Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Amal apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat waktunya.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Abdullah bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Adapun di antara kedua orang tua itu, yang lebih harus dibakti adalah ibu. Dalam hadis disebutkan, Abu Hurairah bercerita: Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab lagi, “Ibumu.” “Kemudian, siapa lagi.” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR al-Bukhari)
Ibu memang sosok yang paling berjasa. Tidak hanya saat mengandung kita di dalam perutnya selama lebih kurang sembilan bulan, melahirkan kita dengan rasa sakit yang luar biasa, tetapi juga saat memberi kita asupan ASI selama lebih kurang dua tahun yang sangat menyehatkan sehingga kita tumbuh dengan baik. Betapa durhakanya kita jika sampai menyakiti hati ibu, tidak merawat ibu pada saat usia senjanya, apalagi saat di usia itu ibu sakit-sakitan.
Nabi bersabda, “Sungguh celaka! Sungguh celaka! Sungguh celaka! Orang yang sempat menemui kedua orang tuanya di kala usia tua, baik salah satu atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat masuk surga (sebab tidak berbakti kepada orang tuanya).” (HR Muslim)
Saking besarnya jasa ibu, satu amal baik seseorang terhadap ibunya belum dapat membandingi jasa ibu. Dalam kitab al-Kaba’ir karya Imam adz-Dzahabi, dikisahkan, suatu hari Ibnu Umar melihat seorang yang menggendong ibunya sambil tawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lalu bertanya kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapat Anda, apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi, kamu sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan itu.” Wallahu a’lam.
*Nur Faridah
Republika, 30 Agustus 2016
Komentar
Posting Komentar